Sajak "Bocah Cerdas"

Tiap kali murid-murid Ibuku datang ke rumah, aku merasa menjadi bagian dari mereka kembali.
Aku lihat mereka membawa buah, membawa anugrah.
Menunjukkan arah, kemana harus melangkah.

kusambut seorang bocah... gemati sama adiknya...
Teman-temanya berebut buah, dia memilih menjaga adiknya
Lalu, empati dari teman-temanya memberi kepadanya penuh ketulusan.
Bocah - kulihat kau datang pada gurumu.
Gurumu adalah Ibuku.
Ibuku adalah guru bagi kehidupanku yang sebenarnya.

Jam setengah dua, kau pergi dengan sepeda kecil satu sedel
Dibonceng adikmu separo untukmu separo.
Kulihat tak ada keangkuhan tak ada kecongkakan.
Kau lebih cepat belajar daripada orang-orang dewasa.
Lebih cepat belajar daripada orang-orang
yang hanya membaca dari buku namun jauh dari kehidupan.
Barangkali kesederhanaan dan kasihsayang dari orang tuamu lah
yang membuat kau memesonaku.

Bocah, tumbuhlah kau menjadi manusia tak separo.
Kubicarakan kau dengan ibuku.
Kubicarakan kau bocah cerdas.
Kubicarakan kau kelak menjadi Emas.

Kamar, 15 September 2011

Terima kasih telah membaca artikel: Sajak "Bocah Cerdas"

0 komentar:

Posting Komentar