Tadi ada 2 temanku yang tag aku kalau dia nulis puisi. Ya aku suka,
suka karena ada orang mau nulis. Apapun itu tulisannya, dan apapun itu
jenisnya, tetap saja dia telah menulis. Karena saya selalu berpikir
bahwa sastra adalah bebas. Tergantung dari kepribadiannya dan sejauh
mana seseorang itu mengerti tentang apa yang ditulisnya.
Sebelum
masuk kelas, seniorku tanya ke aku soal neoliberalisme. Aku katakan
kalau aku itu tidak peduli. Yang aku tau dunia ini sekarang dikendalikan
oleh pasar, ya tanpa sadar. Indonesia misalnya apa yang tidak tersentuh
oleh pasar? semua hal tersentuh, pendidikan, rakyat, ekonomi, hukum
atau bahkan negara indonesia itu sendiri. Bisa saya katakan kalau
Indonesia sekarang telah mempunyai tuhan baru yaitu "mekanisme pasar".
Jadi aku tidak peduli dengan Neoliberalisme, ya walaupun saya pernah
mempelajarinya dulu. Tapi saya sekarang tahu, saya tidak mau lagi
orgasme, sekali meletup lalu loyo.
lalu dia bertanya lagi
tentang 10 agenda reformasi, saya katakan saya tidak peduli! yang saya
pedulikan adalah bagaimana orang-orang disampingku itu bisa mampu maju.
dan yang aku pikirkan adalah bagaimana teman-temanku mempunyai
pengetahuan dan kepedulian. Jadi jangan harap kalau aku melakukan hal
seperti yang sering saya lakukan dulu. Saya berbuat begini bukan karena
saya inkonsisten seperti yang kamu bilang. Saya melakukan ini semua
bukan karena saya plin-plan, tapi karena saya memang sedang menghadapi
tantangan zaman yang berbeda atas apa yang ada di pikiran saya.
Bagaimana
dengan indonesia selanjutnya kalau kamu begini? katanya. loohh, saya
tidak peduli. Yang saya mau sekarang adalah bersatu, mahasiswa punya
yang namanya common enemy (musuh bersama), ya tidak harus mahasiswa tapi
semua orang. Tapi saat hal itu tidak terwujud, lebih baik saya bergerak
sendiri memberikan pengaruh terhadap orang-orang yang mau terdidik dan
terlatih. Ini bukan hal sepele memang, tapi tenang saja tahun 2014 saya
yakin rejim ini akan berganti menjadi lebih baik. Diikuti dengan tahun
selanjutnya, karena anak muda sekarang telah melihat ketidak pedulian
dimana dia belajar, dan karena dia muak dengan ketidak pedulian itu maka
mereka belajar untuk menjadi seseorang yang peduli.
Ini
bukan berarti saya tidak idealis, tapi yang saya hadapi sekarang adalah
tidak selamanya idealis itu berguna. Rasa-rasanya kamu juga merasakan
apa yang sudah saya alami. tapi karena bacaan dan lingkungan kita
berbeda? (kalimat filosofis yang tiba-tiba keluar dari mulut saya)
"Kita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta". (cuplikan puisi soe hok gie)
Lalu
kami berbicara tentang cinta dan hal-hal yang sedikit mesum dan
ternyata lebih menarik daripada bicara tentang itu semua. "yang bisa
kita lakukan hanya bicara keporno-pornoan dan sedikit mesum untuk
menghibur diri"



0 komentar:
Posting Komentar