Usut punya usut ternyata bunyinya duuuttt...
Setelah
dengar-dengar kabar dari Ibunya, ternyata Alan ingin kentut sehari 1000
kali. Entah kenapa ya, apa baginya itu hanya lelucon atau memang
keseriusan. Tapi setelah selidik punya selidik, Alan memang benar-benar
ingin membumikan kentut. Bahkan dia ingin membuat bendera, lagu, bahkan
mencari pengikut. Semuanya tentang kentut.
Alan selalu
berpikir, apa salahnya kentut. Mau 1000 kali 2000 kali sehari atau
bahkan sampai dubur jebol, itu urusan masing-masing. Itu yang
menyebabkan satu demi satu orang ingin mengikuti ajarannya. Kentut
sebanyak-banyaknya, 1000 kali sehari.
Sebenarnya si banyak
orang-orang yang membicarakannya kalau ajarannya itu ajaran orang gila.
Tapi alan cuek-cuek saja, dia selalu berpegang teguh kalau kentut juga
hak asasi manusia. Bisa dituntut orang yang melanggar hak asasi, itu
pendapatnya. Makanya dia senang kalau bisa kentut sebanyak-banyaknya dan
tidak peduli ancaman atau gunjingan orang-orang.
Pernah
ya, suatu saat. Alan ada di sebuah keramaian dia kentut karena sakit
perut. Namanya juga sakit perut, mau gimana lagi kentut adalah maut.
Maut karena susah ditahan... Baunya seperti selokan mampet dan bumpet.
Jelaslah orang-orang disampingnya memaki-maki karena merasa dirugikan
dengan bau yang muncul dari duburnya. Entah, tai-nya keluar juga atau
tidak. Ada sedikit ampas yang keluar impas dengan kerasnya suara kentut.
"Heeee!!! anak tak tau malu. Kentutmu itu maut, bisa membunuh kami".
"Maaf, Perut saya sakit"
Mana
ada orang yang peduli dengan orang yang sedang sakit. Orang hanya
peduli dengan dirinya sendiri yang dirugikan karena penderitaan orang
lain. Semua orang barangkali banyak yang begitu, mementingkan diri
sendiri. Yaaaa... sebenarnya Alan paham kalau setiap manusia itu punya
kepentingan masing-masing, tapi kalau sudah kebangetan. Lebih baik kita
kentutin saja.
Rumah, 4 Mei 2011
Terima kasih telah membaca artikel: Cerpen "Kentut"



0 komentar:
Posting Komentar