(1)
Saya sendiri sebenarnya bingung
ya, untuk apa saya melakukan ini semua. Lalu kenapa saya ada diposisi
melakukan apa yang tidak dilakukan orang lain. Atau sebaliknya, mereka
berada di posisi melakukan apa yang saya kerjakan. Ya ini yang sering
membuat saya berpikir kalau dalam hidup ini kadang kita nemuin hal-hal
absurd.
Pernah juga saya berpikir soal kenapa si saya
tidak bisa berbuat seperti yang diperbuat orang lain? Kenapa juga saya
berbuat dengan cara saya. Kenapa saya tidak di posisi mereka, dan mereka
ada di posisi saya. Ya biar kita semua sama-sama tahu. Dan mengerti isi
hati semua orang. Kenapa juga ya, saya harus membicarakan ini semua?
Ya
ujung-ujungnya disuruh bersyukur. Tapi apakah benar kalau bersyukur itu
ya pasrah. Apa karena memang saya yang bawel, sukanya tanya-tanya yang
sebenarnya tidak penting untuk ditanyakan. Bingung juga ya, kalau
seperti ini.
O ya, saya ingat. Kalau bersyukur itu masih
boleh bertanya. Kalau seharusnya masih bisa lebih baik, kenapa dengan
keadaan sekarang kita sudah bersyukur? Atau jangan-jangan kata bersyukur
yang kita pahami itu adalah istilah untuk menutupi kemalasan kita? Ya
lagi-lagi saya bingung. Nrimo ing pandum lah...
Pernah,
saya mendengar ya. Kalau biar tidak bingung makanya harus berpikir.
Tapi gimana ya caranya berpikir itu. Ada orang menjawab kalau mau bisa
berpikir ya kudu mau sekolah. Ya sudah saya sekolah. E, lha setelah saya
sekolah dan bisa berpikir masih saja saya bingung. Kenapa ya, sekolah
kok masih membuat saya bingung. Saya ini sekolah biar tidak bingung
karena saya bisa berpikir, setelah bisa berpikir saya itu bingung dengan
sekolah. Apanya yang salah ya. Otak saya yang sudah tidak waras... Atau
memang sekolah malah membuat otak saya menjadi tidak waras. Lho, lha
malah saya semakin tambah bingung.
Apa begini saja ya,
biar saya tidak bingung saya belajar sendiri. Saya mempelajari yang
tidak ada di sekolah. Tapi gimana lagi ya caranya. Malah sekarang
kebingungan saya ada kebingungan lagi.Atau begini saja, saya melamun.
Siapa tahu nanti saya kemasukan setan, siapa tahu setan malah bisa
mengobati semua kebingungan saya daripada sekolah.
***
(2)
Pernah suatu saat bingung menertawaiku. Ya apalagi, katanya si saya ini tidak produktif.
"Hahahahahaha Hwahahahaahaha..."
"Heee, kenapa kau menertawaiku? memangnya ada yang lucu?"
"Iya, sangat lucu"
"Lucu apanya?"
"Lihat dirimu, dari dulu begitu-begitu saja"
"Lhooohh..." Sambil terheran-heran
"Lihat kamu itu, dari dulu sekolah tapi tetap saja begini. Tidak terlihat ada perubahan"
"Maksudmu!"
makin kesini omongannya semakin tidak enak, jelas saya tidak terima.
Setahu saya, saya sudah mengalami perubahan yang besar.
"Saya
tahu, karena saya adalah bingung, saya adalah yang kamu ciptakan. Jadi
saya tahu jelas apa yang kau bingungkan, karena saya adalah bingung."
"o, iya"
"Sudahlah,
kamu tahu kan sekolah itu tetap membuat kamu bingung, bahkan kamu
bingung dengan sekolah. Sekolah seperti tidak menjamin masa depanmu, ya
karena sekolah sekarang itu memang dicitakan agar membingungkan. Tapi
cobalah, kamu jangan memikirkan apa itu sekolah yang bobrok. Daripada
kau mengalami kemandegan. Ya, lebih baik kau segera bergerak, walaupun
tidak mempedulikan sekolah. Lha mau gimana lagi, namanya saja sekolah
sudah tidak menjamin, mending kamu menjamin kehidupanmu sendiri dengan
usahamu sendiri."
saya sungguh sadar, dan saya akan melakukannya.
"Kalau saya nanti sudah tidak bingung bagaimana?"
"Lhooo... itu sebuah kemajuan"
"Tidak, saya tidak mau kalau saya tidak bingung lagi"
"Goblok"
"Saya tidak mau kehilangan teman sepertimu"
"Kok begitu?"
"Ya,
kalau saya tidak bingung. Saya tidak akan pernah berbicara lagi
denganmu. Kau jadi modar karena saya tidak bingung, saya tidak mau
kehilangan calon sahabat sepertimu. Saya ingin kau ada selalu memberiku
ceramah biar aku tidak bingung"
"Mana ada bingung berceramah agar kau tidak bingung. itu kan mustahil"
"lhooohh, kau tadi kan sudah berceramah"
"Tenang
saja, Jalani saja dulu usaha-usahamu. Ambil manfaat dan beri manfaat
yang lebih banyak. Karena aku akan tetap selalu bersamamu"
"BENARKAH?"
"YA" Jawab BINGUNG.
Rumah, 1. 4 Mei 2011
2. 7 Mei 2011
Terima kasih telah membaca artikel: Cerpen "Bingung Ya"



0 komentar:
Posting Komentar