Cerpen "Wasiat Terakhir"

0 komentar
* Anak itu pernah bercerita kepadaku. Bahwa dia sering diberi cerita-cerita tentang sebuah dunia yang tentram dan sebuah dunia yang kacau balau. Bercerita tentang surga dan neraka.

Ya disamping itu dia juga beberapa kali bercerita tentang malin kundang, cinderela, aladin, abunawas dan kisah seribu satu malam lainnya.

Aku melihat anak itu menerawang jauh, seolah-olah dia merasakan ayahnya memang sedang ada di depannya. Dia seolah-olah merasa keadaan itu, saat ayahnya membacakan atau menceritakan kisah-kisah besar dan rahasia besar.

* Tapi satu yang benar-benar aku ingat, dari katanya.

Ayahku pernah tanya ke aku.
"Kamu ingin masuk surga atau neraka?"
lalu aku jawab "Aku ingin masuk surga yah..."
"Nak, semua orang pasti ingin masuk surga. bahkan orang jahat sekalipun".

Saya benar-benar penasaran dengan kalimat ayah selanjutnya, saya benar-benar ingin mendengarkan saat terakhir kali saya bersama ayah didunia ini saat itu.
Sebelum ayah meninggal, dan aku memeluknya dengan erat. Menangisinya karena tidak ada lagi orang yang akan menceritakan kisah-kisah hebat itu. Aku benar-benar khawatir akan kesepian, tidak ada lagi laki-laki yang akan bilang 'sayang' secara tulus di dunia ini selain ayahku.

"Nak, bila kamu jadi orang jahat. Jangan pernah meminta surga. Namun bila kamu adalah orang baik, Allah tahu apa yang kamu perbuat. Jadilah orang yang bermanfaat nak".

Itu wasiat terakhirnya.

Oleh Amin Bagus P
Rumah, 14 Mei 2011

Terima kasih telah membaca artikel: Cerpen "Wasiat Terakhir"

Sajak "Kematian"

0 komentar
Aku bosan dan ingin menghentikan peran

Aku hilang, kehilangan pikiran

Aku, aku, aku merasa diintip izroil dari sebelah kanan
dengan mata tajam

Kulihat matanya seperti ingin menyampaikan pesan

Kulihat matanya berbinar senang bahwa sebentar lagi
dia akan menjemput kematian

haaa! Kematian?

Kematian siapa?

Aku merasa diriku sendiri semakin redup dalam keasingan

Lalu aku katakan, aku tidak takut mati muda.
Dan aku tidak takut akan kematian

Oleh Amin Bagus P
Rumah, 13 Mei 2011

Terima kasih telah membaca artikel: Sajak "Kematian"

Cerpen "ASU"

0 komentar
Ada seorang anak kecil yang dirumah hanya diajari soal kebaikan, segala jenis keburukan memang disembunyikan. Apalagi untuk bilang "ASU". Kata itu disimpan rapat-rapat, tidak pernah diajarkan ke anaknya.

Lain halnya dengan keluarga yang satu ini. Bapaknya mengajari anaknya untuk berbicara "ASU". Tentunya berbeda dengan keluarga-keuarga lain.

Apa kalian pernah diajari ayah kalian untuk berbicara "ASU" ?

Yayan memang diajari bapaknya untuk bilang "ASU". Disebuah sore yang penuh senja yang menyenangkan. Diiringi petang yang terlihat semakin pekat, Yayan dan bapaknya sempat ngobrol.

"Naaakk, kamu tiap hari harus bilang ASU sebanyak 1 kali, terserah mau di ucapkan kapan. Yang penting setiap hari 1 kali"
"Memangnya kenapa pak?"
"Sudah, tidak perlu banyak tanya. Lakukan saja perintah bapak".
"Baik pak".
"Tapi ingat, kamu juga jangan lupa bilang Subhanallah, alhamdulillah dan Allahu Akbar. Ingat, tiap kali sehabis shalat 33 kali".

pembicaraan ini diakhiri kumandang adzan.

Namanya saja anak kecil kelas 1, yang dia tahu adalah ASU adalah seekor binatang yang suka menggonggong.

***

Sehari sesudahnya, saat Yayan sekolah. Berada di dalam kelas, saat pelajaran agama. Tiba-tiba Yayan bilang "ASU", Ibu guru jelas mendengar, karena Yayan mengucap dengan keras. Mendandak kelas menjadi riuh bingung, karena sebagian teman-temannya kaget juga mendengar apa yang di katakan Yayan. Bu guru itu mendekati Yayan, bertanya kepada Yayan.

"Yayan, kenapa kamu bilang "ASU"?"
"Memangnya kenapa bu?"

Buguru itu dengan sabar menjelaskan

"Kata itu tidak baik diucapkan oleh anak kecil. Memangnya siapa yang mengajari? Apa teman-temanmu?"
"Yang mengajari bapak saya bu"

Ibu guru kebingungan, bergumam tidak mungkin bila bapaknya yang telah mengajarkan. Anaknya diajari untuk bicara kotor. Pasti bapaknya sudah tidak waras atau Yayan sudah bicara ngawur.

"Yayan, pokoknya kamu tidak boleh bilang kata itu lagi, apapun alasannya"

Yayan menjadi bingung. Yang ada di kepalanya adalah perbedaan antara pesan Bapaknya dan pesan gurunya.
Saat itu juga ternyata teman-temannya benar-benar ikut belajar tentang kata "ASU" bahwa kata "ASU" adalah kata yang tidak baik. Tanpa tahu alasannya juga.

Sampai dirumah, Yayan bertanya kepada bapaknya untuk mencari penjelasan soal kebingungannya.

"Pak, saat tadi di kelas saya bilang "ASU" tapi kata bu guru saya tidak boleh bilang kata itu. Kata itu tidak baik, tapi orang dewasa boleh".
"Bukan hanya untuk orang dewasa nak. Orang dewasa pun juga tidak boleh bilang "ASU" untuk menjahati orang lain. Karena kata itu tidak baik, kita sama saja menyamakan orang lain dengan anjing. Apa kamu mau dibilang begitu?"

"Tidak mau pak"
"Bagus..."
"Lalu kenapa bapak kemarin menyuruh saya agar sehari bilang ASU 1 kali"
"Apa kamu masih tetap akan mengatakan kata itu nak?"
"Tidak pak, saya tidak mau orang lain bilang ASU ke saya"
"Bagus, walaupun itu yang menyuruh adalah bapakmu sendiri. Kamu tetap harus bisa mencari mana yang baik dan mana yang buruk"
"Baik pak"

Lalu di hari selanjutnya, Yayan tidak pernah lagi bicara ASU dengan nafsu. Dia banyak belajar dari bapaknya bahwa kata itu harus di ucapkan sesuai dengan kepentingan. Segala jenis nafsu selalu mengajarkan kepada kejahatan.

Namun tanpa disadari teman-temannya yang lain sudah sering bilang ASU karena kesalahan orang lain.

ASU, ASU, ASU. asu, asu, asu. Asuuuuuuuuuuuu!!!


Oleh Amin Bagus Panuntun
Rumah, 12 Mei 2011


Terima kasih telah membaca artikel: Cerpen "ASU"

11 Mei 2011

0 komentar
Tiba-tiba aku mengangkat kedua tanganku
Sendu lalu haru...
Tuhan...! Kenapa setiap jenis kebersamaan itu ! ( aku diam tidak tahu kalimat apa yang harus ku katakan)
Sudah hampir setahun ini aku tidak merasakan kebersamaan lagi.
Seperti kebersamaanku dengan mereka di Ikatan

Tuhan, Tolong beri aku kebersamaan lagi ya...
tapi dalam kebersamaan itu jangan terlalu banyak pengorbanan
Tenaga...
Pikiran...
Waktu...
Mental...
Sudah cukuup itu semua, aku ingin kebersamaan saja.
Tapi jangan lupa dibuat kebersamaan yang membekas ya...

Kelihatanya, saya ingin selalu memeluk mereka
membisiki mereka bahwa aku merasa begitu nyaman
lalu membisikinya lagi kalau aku ingin mengajaknya tidur
dan bangun pergi keluar dan melihat mentari
kemudian bercanda membicarakan bayangan kita

Aku mengingatnya lagi Tuhan
Bagaimanapun jenisnya kebersamaan itu
Pokoknya aku ingin menikmatinya
aku tidak ingin membayangkan bila bayangan mereka hilang
itu sama artinya kenikmatan didunia ini tidak bisa kami nikmati.

Terima kasih telah membaca artikel: 11 Mei 2011

9 Mei 2011

0 komentar
Tadi ada 2 temanku yang tag aku kalau dia nulis puisi. Ya aku suka, suka karena ada orang mau nulis. Apapun itu tulisannya, dan apapun itu jenisnya, tetap saja dia telah menulis. Karena saya selalu berpikir bahwa sastra adalah bebas. Tergantung dari kepribadiannya dan sejauh mana seseorang itu mengerti tentang apa yang ditulisnya.

Sebelum masuk kelas, seniorku tanya ke aku soal neoliberalisme. Aku katakan kalau aku itu tidak peduli. Yang aku tau dunia ini sekarang dikendalikan oleh pasar, ya tanpa sadar. Indonesia misalnya apa yang tidak tersentuh oleh pasar? semua hal tersentuh, pendidikan, rakyat, ekonomi, hukum atau bahkan negara indonesia itu sendiri. Bisa saya katakan kalau Indonesia sekarang telah mempunyai tuhan baru yaitu "mekanisme pasar". Jadi aku tidak peduli dengan Neoliberalisme, ya walaupun saya pernah mempelajarinya dulu. Tapi saya sekarang tahu, saya tidak mau lagi orgasme, sekali meletup lalu loyo.

lalu dia bertanya lagi tentang 10 agenda reformasi, saya katakan saya tidak peduli! yang saya pedulikan adalah bagaimana orang-orang disampingku itu bisa mampu maju. dan yang aku pikirkan adalah bagaimana teman-temanku mempunyai pengetahuan dan kepedulian. Jadi jangan harap kalau aku melakukan hal seperti yang sering saya lakukan dulu. Saya berbuat begini bukan karena saya inkonsisten seperti yang kamu bilang. Saya melakukan ini semua bukan karena saya plin-plan, tapi karena saya memang sedang menghadapi tantangan zaman yang berbeda atas apa yang ada di pikiran saya.

Bagaimana dengan indonesia selanjutnya kalau kamu begini? katanya. loohh, saya tidak peduli. Yang saya mau sekarang adalah bersatu, mahasiswa punya yang namanya common enemy (musuh bersama), ya tidak harus mahasiswa tapi semua orang. Tapi saat hal itu tidak terwujud, lebih baik saya bergerak sendiri memberikan pengaruh terhadap orang-orang yang mau terdidik dan terlatih. Ini bukan hal sepele memang, tapi tenang saja tahun 2014 saya yakin rejim ini akan berganti menjadi lebih baik. Diikuti dengan tahun selanjutnya, karena anak muda sekarang telah melihat ketidak pedulian dimana dia belajar, dan karena dia muak dengan ketidak pedulian itu maka mereka belajar untuk menjadi seseorang yang peduli.

Ini bukan berarti saya tidak idealis, tapi yang saya hadapi sekarang adalah tidak selamanya idealis itu berguna. Rasa-rasanya kamu juga merasakan apa yang sudah saya alami. tapi karena bacaan dan lingkungan kita berbeda? (kalimat filosofis yang tiba-tiba keluar dari mulut saya)

"Kita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta". (cuplikan puisi soe hok gie)

Lalu kami berbicara tentang cinta dan hal-hal yang sedikit mesum dan ternyata lebih menarik daripada bicara tentang itu semua. "yang bisa kita lakukan hanya bicara keporno-pornoan dan sedikit mesum untuk menghibur diri"


Terima kasih telah membaca artikel: 9 Mei 2011

Cerpen "Kentut"

0 komentar
Usut punya usut ternyata bunyinya duuuttt...

Setelah dengar-dengar kabar dari Ibunya, ternyata Alan ingin kentut sehari 1000 kali. Entah kenapa ya, apa baginya itu hanya lelucon atau memang keseriusan. Tapi setelah selidik punya selidik, Alan memang benar-benar ingin membumikan kentut. Bahkan dia ingin membuat bendera, lagu, bahkan mencari pengikut. Semuanya tentang kentut.

Alan selalu berpikir, apa salahnya kentut. Mau 1000 kali 2000 kali sehari atau bahkan sampai dubur jebol, itu urusan masing-masing. Itu yang menyebabkan satu demi satu orang ingin mengikuti ajarannya. Kentut sebanyak-banyaknya, 1000 kali sehari.

Sebenarnya si banyak orang-orang yang membicarakannya kalau ajarannya itu ajaran orang gila. Tapi alan cuek-cuek saja, dia selalu berpegang teguh kalau kentut juga hak asasi manusia. Bisa dituntut orang yang melanggar hak asasi, itu pendapatnya. Makanya dia senang kalau bisa kentut sebanyak-banyaknya dan tidak peduli ancaman atau gunjingan orang-orang.

Pernah ya, suatu saat. Alan ada di sebuah keramaian dia kentut karena sakit perut. Namanya juga sakit perut, mau gimana lagi kentut adalah maut. Maut karena susah ditahan... Baunya seperti selokan mampet dan bumpet. Jelaslah orang-orang disampingnya memaki-maki karena merasa dirugikan dengan bau yang muncul dari duburnya. Entah, tai-nya keluar juga atau tidak. Ada sedikit ampas yang keluar impas dengan kerasnya suara kentut.

"Heeee!!! anak tak tau malu. Kentutmu itu maut, bisa membunuh kami".
"Maaf, Perut saya sakit"

Mana ada orang yang peduli dengan orang yang sedang sakit. Orang hanya peduli dengan dirinya sendiri yang dirugikan karena penderitaan orang lain. Semua orang barangkali banyak yang begitu, mementingkan diri sendiri. Yaaaa... sebenarnya Alan paham kalau setiap manusia itu punya kepentingan masing-masing, tapi kalau sudah kebangetan. Lebih baik kita kentutin saja.

Rumah, 4 Mei 2011
Terima kasih telah membaca artikel: Cerpen "Kentut"

Cerpen "Bingung Ya"

0 komentar
(1)

Saya sendiri sebenarnya bingung ya, untuk apa saya melakukan ini semua. Lalu kenapa saya ada diposisi melakukan apa yang tidak dilakukan orang lain. Atau sebaliknya, mereka berada di posisi melakukan apa yang saya kerjakan. Ya ini yang sering membuat saya berpikir kalau dalam hidup ini kadang kita nemuin hal-hal absurd.

Pernah juga saya berpikir soal kenapa si saya tidak bisa berbuat seperti yang diperbuat orang lain? Kenapa juga saya berbuat dengan cara saya. Kenapa saya tidak di posisi mereka, dan mereka ada di posisi saya. Ya biar kita semua sama-sama tahu. Dan mengerti isi hati semua orang. Kenapa juga ya, saya harus membicarakan ini semua?

Ya ujung-ujungnya disuruh bersyukur. Tapi apakah benar kalau bersyukur itu ya pasrah. Apa karena memang saya yang bawel, sukanya tanya-tanya yang sebenarnya tidak penting untuk ditanyakan. Bingung juga ya, kalau seperti ini.

O ya, saya ingat. Kalau bersyukur itu masih boleh bertanya. Kalau seharusnya masih bisa lebih baik, kenapa dengan keadaan sekarang kita sudah bersyukur? Atau jangan-jangan kata bersyukur yang kita pahami itu adalah istilah untuk menutupi kemalasan kita? Ya lagi-lagi saya bingung. Nrimo ing pandum lah...

Pernah, saya mendengar ya. Kalau biar tidak bingung makanya harus berpikir. Tapi gimana ya caranya berpikir itu. Ada orang menjawab kalau mau bisa berpikir ya kudu mau sekolah. Ya sudah saya sekolah. E, lha setelah saya sekolah dan bisa berpikir masih saja saya bingung. Kenapa ya, sekolah kok masih membuat saya bingung. Saya ini sekolah biar tidak bingung karena saya bisa berpikir, setelah bisa berpikir saya itu bingung dengan sekolah. Apanya yang salah ya. Otak saya yang sudah tidak waras... Atau memang sekolah malah membuat otak saya menjadi tidak waras. Lho, lha malah saya semakin tambah bingung.

Apa begini saja ya, biar saya tidak bingung saya belajar sendiri. Saya mempelajari yang tidak ada di sekolah. Tapi gimana lagi ya caranya. Malah sekarang kebingungan saya ada kebingungan lagi.Atau begini saja, saya melamun. Siapa tahu nanti saya kemasukan setan, siapa tahu setan malah bisa mengobati semua kebingungan saya daripada sekolah.

***

(2)

Pernah suatu saat bingung menertawaiku. Ya apalagi, katanya si saya ini tidak produktif.

"Hahahahahaha Hwahahahaahaha..."
"Heee, kenapa kau menertawaiku? memangnya ada yang lucu?"
"Iya, sangat lucu"
"Lucu apanya?"
"Lihat dirimu, dari dulu begitu-begitu saja"
"Lhooohh..." Sambil terheran-heran
"Lihat kamu itu, dari dulu sekolah tapi tetap saja begini. Tidak terlihat ada perubahan"
"Maksudmu!" makin kesini omongannya semakin tidak enak, jelas saya tidak terima. Setahu saya, saya sudah mengalami perubahan yang besar.
"Saya tahu, karena saya adalah bingung, saya adalah yang kamu ciptakan. Jadi saya tahu jelas apa yang kau bingungkan, karena saya adalah bingung."
"o, iya"
"Sudahlah, kamu tahu kan sekolah itu tetap membuat kamu bingung, bahkan kamu bingung dengan sekolah. Sekolah seperti tidak menjamin masa depanmu, ya karena sekolah sekarang itu memang dicitakan agar membingungkan. Tapi cobalah, kamu jangan memikirkan apa itu sekolah yang bobrok. Daripada kau mengalami kemandegan. Ya, lebih baik kau segera bergerak, walaupun tidak mempedulikan sekolah. Lha mau gimana lagi, namanya saja sekolah sudah tidak menjamin, mending kamu menjamin kehidupanmu sendiri dengan usahamu sendiri."

saya sungguh sadar, dan saya akan melakukannya.

"Kalau saya nanti sudah tidak bingung bagaimana?"
"Lhooo... itu sebuah kemajuan"
"Tidak, saya tidak mau kalau saya tidak bingung lagi"
"Goblok"
"Saya tidak mau kehilangan teman sepertimu"
"Kok begitu?"
"Ya, kalau saya tidak bingung. Saya tidak akan pernah berbicara lagi denganmu. Kau jadi modar karena saya tidak bingung, saya tidak mau kehilangan calon sahabat sepertimu. Saya ingin kau ada selalu memberiku ceramah biar aku tidak bingung"
"Mana ada bingung berceramah agar kau tidak bingung. itu kan mustahil"
"lhooohh, kau tadi kan sudah berceramah"
"Tenang saja, Jalani saja dulu usaha-usahamu. Ambil manfaat dan beri manfaat yang lebih banyak. Karena aku akan tetap selalu bersamamu"
"BENARKAH?"

"YA" Jawab BINGUNG.

Rumah, 1. 4 Mei 2011
               2. 7 Mei 2011

Terima kasih telah membaca artikel: Cerpen "Bingung Ya"

Kebangkitan di bulan Mei

0 komentar
Mei layak untuk dijadikan moment terhadap segala jenis pembaharuan. Diawali dengan May day, sebutan bagi hari buruh, lalu hari pendidikan nasional, dan semua itu adalah saham bagi Hari kebangkitan nasional. Bukankah Mei adalah hari yang lengkap? sebagai start point segala jenis perubahan bagi Indonesia.

May day misalnya, seharusnya buruh bukan hanya dilihat dari sudut pandang budak. Buruh bagi akuntansi adalah semacam aktiva, karena mereka adalah aset. Jadi sudah tentu kita harus menolak segala jenis ketidakadilan yang memang diciptakan oleh pelaku-pelaku kapitalisme. Karena buruh itu sendiri adalah kekuatan yang dibutuhkan, tanpa mereka perekonomian tidak akan pernah jalan.

Itu penjelasan yang paling masuk akal, jadi tidak seharusnya ada diskriminasi terhadap kaum buruh kerah putih maupun buruh kerah biru, serta penerapan jaminan sosial yang diskriminatif, terbatas, dan berorientasi keuntungan.

Lalu kita melihat soal hari pendidikan. Kita tahu, pendidikan adalah sebagai sarana untuk memerdekakan manusia sejak dari dalam jiwanya. Pendidikan memang benar-benar instrumen penting bagi kemajuan masyarakat, Menjadikan masyarakat merdeka, mandiri, berkecukupan, terdidik, bahkan terlatih. Betapa pentingnya pendidikan bagi bangsa ini, sehingga carut marut pendidikan saat ini harus segera dihentikan.

Selanjutnya adalah Hari kebangkitan nasional. Yang namanya kebangkita itu maju! bukan malah mundur, segala jenis keadaan yang belum maju harus maju, itu Kebangkitan. Pendidikan harus maju, perekonomian harus maju, dan kalian bisa menyebutkan sendiri apa saja yang harus maju. Bukan malah banyak terjadi kejumudan, kemunduran, pecah, demoralisasi, degradesi, kepayahan, kebobrokan, kekeok-an bahkan kehancuran.

Rumah, 1 Mei 2011
Terima kasih telah membaca artikel: Kebangkitan di bulan Mei