He, kamu itu sebenarnya sudah mati atau belum? kok bisa muncul tiba-tiba dan menghilang tiba-tiba?
“Ya, aku sudah mati”. Berarti kamu seorang setan? “ya, aku setan. Tapi aku bukan orang, setan bukan lagi seorang, setan tetap saja setan, tidak punya kebebasan untuk jadi orang baik atau jadi pecundang. Apa kamu takut dengan aku?”
Aku tidak takut, kenapa kau mati?
“Aku mati karena dibunuh, aku pingin curhat sama kamu, apa boleh?”
Boleh.
“Kasian istriku, dia sekarang harus menghidupi dirinya sendiri. Untung dulu kita belum dikaruniai anak. Bila sudah, matiah dia. Harus menghidupi anakku sendirian. Padahal di kita berada di tempat yang kejam seperti ini. Yang membuat orang baik menjadi orang jahat. Aku dulu orang kaya, namun kekayaanku aku dapat dari mencuri uang orang banyak. Aku seorang penguasa bagian urusan duit. Seenaknya saja aku bisa ganti-ganti angka dan main serong san-sini agar uang itu mengucur keperutku. Tapi sekarang semua itu malah menjadi laknat. Aku di penjarakan oleh orang baik. Dia berbicara tentang kebenaran, tanpa pikikir panjang walaupun aku atasannya. Yang bisa saja memecat dia setiap saat. Lalu sewaktu aku dipenjara, aku begitu dendam dengan orang bangsat itu, dia mengambil semua kesenanganku di dunia. Kalau kau tau dia itu sebenarnya hanya seorang cleaning service yang tidak sengaja melihat dokumen tentang kejahatanku. Dia telah merebut kebahagiaan istriku. Aku bunuh saja dia dengan membayar pembunuh bayaran dengan uang sisa nyolongku yang sudah terpakai untuk ganti rugi. Tapi sekarang aku menyesal dengan apa yang aku lakukan, akhirnya juga nasibku sama seperti dia, sama-sama mati. Aku membusuk di penjara.”
Apa kita bisa kenalan?
“Bisa, siapa namamu?”
Namaku didik. Namamu?
“Namaku SETAN”.
Namamu setan? Apa kau tidak punya nama yang lebih baik? Namamu di dunia siapa?
“Setan”.
Dasar setan, dimana-mana kelakuanmu seperti setan.
“Nama ini pemberian malaikat kubur, aku tidak bisa mengubah namaku. Karena aku dari dulu, dari masih menjadi manusia, sikapku sudah seperti setan. Makanya bukan sebuah bencana sekarang namaku juga setan”.
Setan, bagaimana rasanya mati? Apakah sakit? Ak takut dengan kematian.
“Rasa mati amat sangat sakit, sebelum mati aku selalu di kejar-kejar rasa menyesal. Aku di maki-maki banyak orang, istriku juga sering menangis karena mendapat beban berat serta dikucilkan, perasaanku seprti tercabik-cabik tidak karuan. Seperti perasaan dendam yang tidak tersalurkan. Sakit seluruh tubuh, tersiksa, dan begitu menderita. Sampai tidak enak untuk makan, perut kosong dan lama-lama membusuk”.
Kenapa kau tidak seperti para koruptor yang hidup enak di penjara seperti yang dikabarkan di media-media?
“Di negriku, duitku habis untuk membayar ganti rugi kerugian Rakyat.”
Memangnya dimana negaramu, apakah kau tidak tinggal di Indonesia?
“iya, aku tidak tinggal di Indonesia. Aku tingal di negri yang punya moral tinggi, tidak seperti di Indonesia. Dulu aku sering dengar kabar dari internet kalau Indonesia itu Negara bobrok, penuh dengan orang-orang yang menipu diri seperti aku ini.”
Setan, apa kamu bertemu dengan orang yang kamu bunuh itu di dunia setan sana?
“Aku bertemu, itu juga yang aku sesali. Hidup dia di duniaku sangat enak, dia dijadikan malaikat karena kebaikannya. Dia biasa tersenyum renyah dan bahagia, karena banyak sekali yang mendoakannya. Dan karena memang dia orang baik. Bukan koruptor seperti aku ini waktu di dunia. Tidak seperti aku, harus bekerja keras hidup di jiwa manusia, untuk mengajak mereka menjadi setan, agar mereka bersikap seperti setan. Aku tidak bisa tersenyum seperti dia, yang bisa aku lakukan hanya tertawa licik. Sungguh tidak mengenakkan. Aku tidak bisa hidup merdeka di sini, tidak seperti dia. Walaupun dulu dia bawahanku yang kapan saja bisa aku pecat.”
Menakutkan sekali kematian itu. Sepertia apa yang aku takutkan. Aku tidak mau menjadi setan seperti kamu.
“kamu jangan takut dengan kematian. Kematian itu adalah kemerdekaan. Ada sisi baik dari kematian, asalkan kamu mau menjadi orang baik seperti dia. Dia selalu berbicara tentang kebenaran, mempunyai moral yang baik, selalu tunduk dengan Tuhannya, selalu mengasihi apa yang dia temui, selalu mencari ilmu walaupun dia hanya seorang cleaning service (ah peduli setan dengan status cleaning service), dan menggunakannya untuk kebaikan, selalu. Dan dia selalu menasehati dalam kebaikan, selalu bersedekah, ingat, bersedekah, pokoknya segala kebaikan ada dalam dirinya. Namun boleh kamu takut bila kamu menjadi setan dunia, koruptor seperti aku, culas merugikan orang lain, haram, terkutuk, bangsat, matipun tersiksa. Mendapatkan sisi buruk dari kematian karena pilihanku sendiri”.
(Kampus solo, 28 Desember 2010. Saat-saat berantakan)
Terima kasih telah membaca artikel: Cerpen "SETAN"
“Ya, aku sudah mati”. Berarti kamu seorang setan? “ya, aku setan. Tapi aku bukan orang, setan bukan lagi seorang, setan tetap saja setan, tidak punya kebebasan untuk jadi orang baik atau jadi pecundang. Apa kamu takut dengan aku?”
Aku tidak takut, kenapa kau mati?
“Aku mati karena dibunuh, aku pingin curhat sama kamu, apa boleh?”
Boleh.
“Kasian istriku, dia sekarang harus menghidupi dirinya sendiri. Untung dulu kita belum dikaruniai anak. Bila sudah, matiah dia. Harus menghidupi anakku sendirian. Padahal di kita berada di tempat yang kejam seperti ini. Yang membuat orang baik menjadi orang jahat. Aku dulu orang kaya, namun kekayaanku aku dapat dari mencuri uang orang banyak. Aku seorang penguasa bagian urusan duit. Seenaknya saja aku bisa ganti-ganti angka dan main serong san-sini agar uang itu mengucur keperutku. Tapi sekarang semua itu malah menjadi laknat. Aku di penjarakan oleh orang baik. Dia berbicara tentang kebenaran, tanpa pikikir panjang walaupun aku atasannya. Yang bisa saja memecat dia setiap saat. Lalu sewaktu aku dipenjara, aku begitu dendam dengan orang bangsat itu, dia mengambil semua kesenanganku di dunia. Kalau kau tau dia itu sebenarnya hanya seorang cleaning service yang tidak sengaja melihat dokumen tentang kejahatanku. Dia telah merebut kebahagiaan istriku. Aku bunuh saja dia dengan membayar pembunuh bayaran dengan uang sisa nyolongku yang sudah terpakai untuk ganti rugi. Tapi sekarang aku menyesal dengan apa yang aku lakukan, akhirnya juga nasibku sama seperti dia, sama-sama mati. Aku membusuk di penjara.”
Apa kita bisa kenalan?
“Bisa, siapa namamu?”
Namaku didik. Namamu?
“Namaku SETAN”.
Namamu setan? Apa kau tidak punya nama yang lebih baik? Namamu di dunia siapa?
“Setan”.
Dasar setan, dimana-mana kelakuanmu seperti setan.
“Nama ini pemberian malaikat kubur, aku tidak bisa mengubah namaku. Karena aku dari dulu, dari masih menjadi manusia, sikapku sudah seperti setan. Makanya bukan sebuah bencana sekarang namaku juga setan”.
Setan, bagaimana rasanya mati? Apakah sakit? Ak takut dengan kematian.
“Rasa mati amat sangat sakit, sebelum mati aku selalu di kejar-kejar rasa menyesal. Aku di maki-maki banyak orang, istriku juga sering menangis karena mendapat beban berat serta dikucilkan, perasaanku seprti tercabik-cabik tidak karuan. Seperti perasaan dendam yang tidak tersalurkan. Sakit seluruh tubuh, tersiksa, dan begitu menderita. Sampai tidak enak untuk makan, perut kosong dan lama-lama membusuk”.
Kenapa kau tidak seperti para koruptor yang hidup enak di penjara seperti yang dikabarkan di media-media?
“Di negriku, duitku habis untuk membayar ganti rugi kerugian Rakyat.”
Memangnya dimana negaramu, apakah kau tidak tinggal di Indonesia?
“iya, aku tidak tinggal di Indonesia. Aku tingal di negri yang punya moral tinggi, tidak seperti di Indonesia. Dulu aku sering dengar kabar dari internet kalau Indonesia itu Negara bobrok, penuh dengan orang-orang yang menipu diri seperti aku ini.”
Setan, apa kamu bertemu dengan orang yang kamu bunuh itu di dunia setan sana?
“Aku bertemu, itu juga yang aku sesali. Hidup dia di duniaku sangat enak, dia dijadikan malaikat karena kebaikannya. Dia biasa tersenyum renyah dan bahagia, karena banyak sekali yang mendoakannya. Dan karena memang dia orang baik. Bukan koruptor seperti aku ini waktu di dunia. Tidak seperti aku, harus bekerja keras hidup di jiwa manusia, untuk mengajak mereka menjadi setan, agar mereka bersikap seperti setan. Aku tidak bisa tersenyum seperti dia, yang bisa aku lakukan hanya tertawa licik. Sungguh tidak mengenakkan. Aku tidak bisa hidup merdeka di sini, tidak seperti dia. Walaupun dulu dia bawahanku yang kapan saja bisa aku pecat.”
Menakutkan sekali kematian itu. Sepertia apa yang aku takutkan. Aku tidak mau menjadi setan seperti kamu.
“kamu jangan takut dengan kematian. Kematian itu adalah kemerdekaan. Ada sisi baik dari kematian, asalkan kamu mau menjadi orang baik seperti dia. Dia selalu berbicara tentang kebenaran, mempunyai moral yang baik, selalu tunduk dengan Tuhannya, selalu mengasihi apa yang dia temui, selalu mencari ilmu walaupun dia hanya seorang cleaning service (ah peduli setan dengan status cleaning service), dan menggunakannya untuk kebaikan, selalu. Dan dia selalu menasehati dalam kebaikan, selalu bersedekah, ingat, bersedekah, pokoknya segala kebaikan ada dalam dirinya. Namun boleh kamu takut bila kamu menjadi setan dunia, koruptor seperti aku, culas merugikan orang lain, haram, terkutuk, bangsat, matipun tersiksa. Mendapatkan sisi buruk dari kematian karena pilihanku sendiri”.
(Kampus solo, 28 Desember 2010. Saat-saat berantakan)



0 komentar:
Posting Komentar