Tuhan, aku tidak mau lagi jadi pohon. Aku ingin menjadi malaikat
saja, kau ciptakan dari cahaya. Pohon itu semakin marah di tengah hutan
yang dulunya amat banyak temannya, pohon satu dengan pohon lainnya
saling bercengkrama memadu keharmonisan. Lalu dalam kekesalannya
terhadap tuhan, dalam sunyi tanpa ada suara, tiba-tiba muncul suara
lembut menyapa pohon yang sedang dirundung malang itu. Sejujurnya Suara
itu membuat pohon itu sedikit panik. Hei siapa kamu! Siapa Kamu! belum
ada jawaban, dan dia ulang kembali. Siapa Kamu! Apa kamu Tuhan?
Tetap tanpa jawaban yang membuat pohon itu semakin panik. Maafkan aku Tuhan bila aku meradang terhadapmu.
Setelah
sekian lama suara itu muncul lagi. "Pohon, Aku bukan Tuhan. Aku adalah
jiwamu". haaaaaaaa, Jiwaku? "Ya, aku adalah fitroh Tuhan. Kenapa kamu
meradang penuh amarah dan ingin menjadi malaikat?"
Aku muak,
Teman-temanku semua mati tak bersisa. Laknat itu yang telah membunuhku
secara sadis. Lama-lama matilah juga aku. Aku tahu, aku tidak bisa
melawan, aku tahu aku hidup untuk dimanfaatkannya. Tapi mereka itu
laknat, dan aku tidak suka! lalu suaa itu muncul lagi "Seperti apa
masalahmu? Laknat tempatnya di neraka!"
Aku merah benar benar
marah, aku tahu ini semua dari burung yang biasa hinggap dan membuat
rumah penuh keteduhan diranting-rantingku. Suatu hari dia bercerita
tentang semua yang dia lihat di kota. Dia bilang kalau aku telah
dimanfaatkan oleh laknat itu untuk memenuhi nafsunya. ya, nafsunya.
mereka tidak sadar kalau laknat-laknat itu telah membunuhku dengan sadis
sesadis-sadisnya.Burung itu yang telah memberi tahuku, dan sekarang
tidak ada yang akan memberitahuku lagi. Burung yang pandai berkicau itu
kini telah pergi memilih tempat lain, dan aku yakin setelah mendengar
ceritanya. Dia pasti juga akan pindah ke ranting-ranting lain karena
pembunuhan laknat itu!
Suara, Aku ingin menjadi malaikat yang bisa mencatat amal baik dan buruknya.
"Bukannya kamu hidup untuk mereka? kenapa harus disesali? dan apa yang kamu lakukan bila menjadi malaikat?"
Memang
aku hidup untuk mereka! tapi laknat tetaplah laknat, orang bodoh orang
bebal tidak tahu aturan! kata burung itu, sewaktu dia terbang dia pernah
menabrak dinding karena ada tisu yang dilemparkan oleh laknat itu
sembarangan dan menimpa kepalanya dan menutupi penglihatannya. Burung
itu geram dengan laknat itu. dia meccari dan mencari siapa laknat itu!
Setelah ketemu laknat bodoh itu, dia selalu membuntutinya.Ternyata dia
seorang wanita muda. Setiap hari membawa tissu dalam tasnya waktu pergi
sekolah. Dia terlalu sering menggunakan tisu itu untuk hal yang tidak
perlu. Setelah itu melemparkan saja sembarangan. Mengotori tempat yang
sebelumnya bersih dan indah dipandang mata. Cukuplah burung itu menjadi
saksi kalau mereka itu laknat!
Suara itu memecah keheningan. "Lalu apa hubungannya kau dengan tisu?"
Apa
kau tidak tahu? Manusia telah menggunakan apa yang aku punya untuk
membuat tissu? seharusnya mereka tidak menyia-nyiakanku begitu saja! aku
perlu hidup lebih lama lagi! karena mereka terlalu boros menggunakan
tisu maka cepat matilah aku!
Aku ingin menjadi malaikat! melihat
dan mencatat semua perilaku manusia. Yang laknat aku catat laknat, yang
baik aku catat baik. Tidak ada tawar menawar lagi. Dan malaikat tidak
bisa di sogok dengan apapun, walaupun uang beratus-ratus milyar. Biarlah
laknat itu kelak tidak masuk surga yang dia gembor-gemborkan kepada
orang-orang kalau dia orang baik!
Aku ingin mereka tidak membunuhku!
"Baiklah,
protesmu pasti sudah di dengar oleh Tuhan, maka tuhan akan bersikap
agar laknat-laknat itu sadar, agar mereka mengerti bahwa mereka telah
salah".
(Lalu, karena banyak pohon di bumi yang semakin sedikit. Banjir-banjir besar ada di mana-mana).



0 komentar:
Posting Komentar