Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal
Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar
Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi
Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah
Tuhan, aku cinta padamu...
Jakarta, 31 Juli 2009
(Inilah puisi terakhir yang ditulis WS Rendra beberapa bulan sebelum dia bertemu kematiannya)
Dalam setiap do'a, selalu terkandung ketegangan. Dalam harap yang sangat, dalam kemauan Tuhan yang tidak pernah kita tahu sebelum semuanya terwujud. Hingga lidah tak bisa bertingkah sedikitpun. Karena kita adalah harap.
“Di pintu-Mu aku mengetuk,
aku tak bisa berpaling,” -Chairil Anwar-
Selalu ada ketegangan. Dalam do'a selalu ada ketegangan.
Bila agama yang (saya yakini) membenci syair. Barangkali saya tidak akan pernah berdo'a. Atau barangkali agama itu lupa bahwa do'a adalah syair. Karena agama (yang saya yakini) tak membenci syair. Oleh karena itu saya percaya bahwa do'a adalah sejenis puisi. Dia akan selalu puitis untuk diucapkan.
Kamar, 8 Juni 2012
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal
Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar
Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi
Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah
Tuhan, aku cinta padamu...
Jakarta, 31 Juli 2009
(Inilah puisi terakhir yang ditulis WS Rendra beberapa bulan sebelum dia bertemu kematiannya)
Dalam setiap do'a, selalu terkandung ketegangan. Dalam harap yang sangat, dalam kemauan Tuhan yang tidak pernah kita tahu sebelum semuanya terwujud. Hingga lidah tak bisa bertingkah sedikitpun. Karena kita adalah harap.
“Di pintu-Mu aku mengetuk,
aku tak bisa berpaling,” -Chairil Anwar-
Selalu ada ketegangan. Dalam do'a selalu ada ketegangan.
Bila agama yang (saya yakini) membenci syair. Barangkali saya tidak akan pernah berdo'a. Atau barangkali agama itu lupa bahwa do'a adalah syair. Karena agama (yang saya yakini) tak membenci syair. Oleh karena itu saya percaya bahwa do'a adalah sejenis puisi. Dia akan selalu puitis untuk diucapkan.
Kamar, 8 Juni 2012



0 komentar:
Posting Komentar