Ya, secara ldzfiah dan harfiah memang orang yang bisa lancar membaca
Al-Quran itu bagus. Tapi secara hakikat, bila kita tahu, Al quran bukan
hanya bisa dinilai hanya dengan kemampuan membaca? dan belum tentu orang
yang tangkas membaca lebih baik dari orang yang lemah dalam membaca al
quran.
Kamu pernah dengar, Al Quran itu ada di dalam jiwa kita? bukan hanya sekedar dalam imajinasi atau ucapan?
Barang kali aku terlalu Utopis, menginginkan diriku, teman-temanku, bahkan para ulama' sekalipun untuk katam al quran.
Katam
yang aku maksud bukan beberapa kali kita selesai membaca, berapa merdu
kita meliuk-liukkan suara dan nada begitu harmonis dengan makhrojul
huruf atau tajwidnya. Ada yang lebih esensial.
Yaitu, "membiarkan
Al-Quran berbicara sebagai dirinya sendiri". Bukan sebagai kita
(manusia). Seorang ulama'pun lalai terhadap simbol ULAMA'nya, hanya
karena dia tidak membiarkan Al quran berbicara sebagai dirinya sendiri.
Banyak Ulama' tidak lagi mesra dengan Al quran.
Bila kita
ingat, beberapa murid yang benar-benar hafal surat al-maun tidak bisa
meneruskan untuk menghafal surat lainnya. Hanya karena murid-murid itu
belum membuat al Quran berbicara sebagai dirinya. Dia hidup dalam jiwa
kita, dan akhirnya kita mau berbuat untuk menyantuni anak yatim miskin,
memberi makan mereka, dan tidak menghardik mereka.
Aku
ingin banyak teman yang merasakan kegelisahannya untuk berbuat. Layaknya
Al Quran yang yang seperti cahaya. karena Cahaya muncul begitu saja
dari sesuatu yang bisa memancar. Dan cahaya tidak pernah memilih untuk
menerangi tempat apapun, Walaupun dia kotor dan menjijikkan sekalipun.
Apa kita semua pernah mendengar?
bahwa bentuk asli kegelisahan, kekecewaan dan kekhawatiran adalah TINDAKAN!
bila kita merasa gelisah trhadap sesuatu yang noir (gelap), biarkan cahaya itu masuk! Jangan dicegah...
Kita
harus merubah sesuatu yang noir itu, menjadi keadaan yang begitu
terang! karena dalam jiwa kita ada pengertian Al Quran. Kita harus
merubah sesuatu yang tidak sesuai dengan Pribadi Al Qur'an.
Ini adalah keyakinan. Walaupun membuat Al-quran berbicara sebagai dirinya sendiri itu menyulitkan.
Aku tidak mau membiarkan Kebenaran melawan Keyakinan. Kita harus mengatamkan Al-Quran!



0 komentar:
Posting Komentar