Ada banyak mahasiswa
yang dapat nilai jelek atau mahasiswa yang dapat nilai bagus. Ya, Itu
sangat lumrah. Tapi ketidaklumrahan itu timbul saat kita dapat nilai
jelek lalu kita ga terima, benci, keki, marah dan lain sebagainya,
intinya meminta pertanggungjawaban dosen. Kemudian tindakan paling
otomatis yang kita lakukan tentunya adalah protes. Itu ga salah, karena
protes itu menunjukkan bahwa kita menginginkan keadilan, kita sama-sama
masuk kuliah, sama-sama ngumpulin tugas dengan jawaban sama, sama-sama
presentasi, sama-sama bisa atau ga bisa jawab soal ujian. Tapi kenapa
nilainya bisa berbeda. kenapa ada yang dapet nilai jelek dan ada yang
dapet nilai bagus.
Lain halnya, Kenapa yang dapet nilai bagus tidak protes? dengan gagah seperti pahlawan dia datang, "hei, pak dosen. Kenapa nilaiku bisa bagus. Ini tidak adil, saya berontak. Saya merasa kalau saya ga bisa apa-apa pada mata kuliah bapak. Saya benar-benar kosong." Rasa-rasanya kita seperti telah adil sejak dalam pikiran dan perbuatan. Kalau kita ga pantas buat dapet nilai baik itu.
Nah kenapa terjadi semacam ini, terjadi kesenjangan nilai yang membuat ada yang merasa menerima ketidakadilan. Bisa karena keteledoran dosen sebagai manusia, misal sebenernya kita sudah ngumpulin tugas, tapi dosen tidak tahu karena terlalu sibuknya dia mengurus kuliah S3 nya atau sibuk ngurus bisnisnya yang lebih menguntungkan daripada jadi seorang dosen. Atau malah ketidakadilan itu bisa timbul karena dia adalah seorang dosen yang iseng tidak mau kerja keras menilai yang semestinya dinilai, dosen yang bukan dosen, atau bahkan dosen kranjang sampah.
Kita ga bisa terus-terusan menyalahkan dosen, kita harus lihat bagaimana kita sebenarnya, kita ga boleh terus-terusan egois, kita ga berhak memperalat dosen sebagai kambing hitam dari semua nilai jelek. Atau bahkan Mahasiswanya yang memang bebal mendzolimi dosen? Dengan kemalasan kita, dengan ketidakdisiplinan kita, atau dengan ketidakmandirian kita.
Bila kita tahu, dunia sebenarnya ga akan runtuh kalau kita dapat nilai jelek. Tapi sebenarnya, kita hanya takut pada penilaian orang lain yang sangat begitu semu.
Yang sebenarnya membuat hidup kita ga asyik lagi bagi orang-orang yang merasa ga beruntung. Bukanlah menarik, keberuntungan itu timbul karena kita sendirilah yang sebenarnya menciptakannya. Kita dapat nilai baik karena kita memang pantas dapet nilai baik. Karena kepantasan itu memang kita ciptakan dari kerja keras kita untuk belajar menerima dan memberi. Oleh karena itu saatnya kita mulai adil sejak dalam pikiran, perasaan dan perbuatan.
Sehingga ga akan ada lagi istilah "Siapa yang akan tahan kalah, bila pemenangnya memperoleh dengan cara-cara curang". Karena memang sudah ga ada lagi orang curang.
Oleh Amin Bagus P
*Buat Komunitas Mahasiswa Merdeka
Solo, 28 Juli 2011
Terima kasih telah membaca artikel: Dosenlah Yang Menilai
Lain halnya, Kenapa yang dapet nilai bagus tidak protes? dengan gagah seperti pahlawan dia datang, "hei, pak dosen. Kenapa nilaiku bisa bagus. Ini tidak adil, saya berontak. Saya merasa kalau saya ga bisa apa-apa pada mata kuliah bapak. Saya benar-benar kosong." Rasa-rasanya kita seperti telah adil sejak dalam pikiran dan perbuatan. Kalau kita ga pantas buat dapet nilai baik itu.
Nah kenapa terjadi semacam ini, terjadi kesenjangan nilai yang membuat ada yang merasa menerima ketidakadilan. Bisa karena keteledoran dosen sebagai manusia, misal sebenernya kita sudah ngumpulin tugas, tapi dosen tidak tahu karena terlalu sibuknya dia mengurus kuliah S3 nya atau sibuk ngurus bisnisnya yang lebih menguntungkan daripada jadi seorang dosen. Atau malah ketidakadilan itu bisa timbul karena dia adalah seorang dosen yang iseng tidak mau kerja keras menilai yang semestinya dinilai, dosen yang bukan dosen, atau bahkan dosen kranjang sampah.
Kita ga bisa terus-terusan menyalahkan dosen, kita harus lihat bagaimana kita sebenarnya, kita ga boleh terus-terusan egois, kita ga berhak memperalat dosen sebagai kambing hitam dari semua nilai jelek. Atau bahkan Mahasiswanya yang memang bebal mendzolimi dosen? Dengan kemalasan kita, dengan ketidakdisiplinan kita, atau dengan ketidakmandirian kita.
Bila kita tahu, dunia sebenarnya ga akan runtuh kalau kita dapat nilai jelek. Tapi sebenarnya, kita hanya takut pada penilaian orang lain yang sangat begitu semu.
Yang sebenarnya membuat hidup kita ga asyik lagi bagi orang-orang yang merasa ga beruntung. Bukanlah menarik, keberuntungan itu timbul karena kita sendirilah yang sebenarnya menciptakannya. Kita dapat nilai baik karena kita memang pantas dapet nilai baik. Karena kepantasan itu memang kita ciptakan dari kerja keras kita untuk belajar menerima dan memberi. Oleh karena itu saatnya kita mulai adil sejak dalam pikiran, perasaan dan perbuatan.
Sehingga ga akan ada lagi istilah "Siapa yang akan tahan kalah, bila pemenangnya memperoleh dengan cara-cara curang". Karena memang sudah ga ada lagi orang curang.
Oleh Amin Bagus P
*Buat Komunitas Mahasiswa Merdeka
Solo, 28 Juli 2011



0 komentar:
Posting Komentar