ESSAI "PENDIDIKAN"
oleh Amin Bagus P pada 19 April 2011 jam 23:29
Bila kita tahu, Tujuan yang tidak kasat mata "Pendidikan" sekarang adalah memenuhi kebutuhan Pasar.
seperti yang dituliskan Louis O. Kattsoff
"Kebebasan akal hanya terjadi melalui pendidikan yang bebas
berdasar penyelidikan kefilsafatan ...
Dewasa
ini kita banyak mendengar tentang pendidikan yang bebas dan kebutuhan
pandangan yang luas. Pada hakikatnya apakah yang tersangkut dalam hal
ini? Sesungguhnya, banyak pendidikan dewasa ini didasarkan atas suatu
pandangan dunia yang mengatakan bahwa pencarian nafkah merupakan
kebaikan tertinggi.
Menghasilkan seorang ahli yang cakab,
terlampau sering menjadi tujuan pendidikan yang hendak kita capai. kita
mendidik para ahli di bidang kedokteran untuk menjadikan diri kita
lebih sehat, demikian pula dibidang-bidang lainnya. tetapi sayang, kita
cenderung lalai mendidik ahli-ahli yang dapat menjadikan kita lebih
bijaksana. Tujuan pendidikan yang demikian menyebabkan para ahli
tersebut tidak bisa membuat kita menjadi lebih bijaksana. Mereka banyak
mengajarkan kepada kita "bagaimana cara berbuat" tetapi bukannya "mengapa berbuat demikian".
Untuk
mengetahui mengapa orang berbuat, seseorang perlu mendapatkan
pendidikan khusus yang dapat membekali analisa yang kritis dan
kecakapan bersinestesia dalam memberikan tanggapan-tanggapan. tetapi
disamping itu. "mengapa berbuat demikian" hanya dapat diperoleh melalui
proses yang bertentangan dengan pendidikan keahlian yang memusatkan
perhatian kepada hal-hal yang khusus. Proses tersebut ialah penyusunan
suatu pandangan dunia berupa sintesa, yang menjadikan "mengapa berbuat"
mengandung makna: suatu sintesa prinsip-prinsip yang paling utama di
segala cabang pengetahuan".
Selain kesimpulan diatas, bila kita menganalisis akibat dari pendidikan yang mengajarkan "bagaimana cara berbuat" sudah
tentu akan banyak dokter yang akan banyak berdo'a agar banyak orang
sakit, seorang politikus menggunakan seni konspirasi atau melegalkan
demokrasi transaksional maupun demokrasi kriminal guna memperkaya diri
dan golongannya, Guru akan mendidik lebih manusiawi dengan daripada
sibuk memikirkan gaji yang kurang sesuai (Karena pemerintah sudah
memberikan gaji yang tinggi bila para pembuat kebijakan adalah seorang
yang dididik untuk mengerti "mengapa berbuat demikian" ) atau bahkan
seorang penggali kubur demi mendapatkan pekerjaan akan berdo'a agar
banyak orang yang mati.
Hal-hal ini perlu diwaspadai serta disekenario ulang sejak sekarang.
***
Kita tahu bahwa segala jenis pendidikan itu perlu, karena manusia yang berpendidikanlah yang akan mewujudkan sebuah peradaban yang baik. Termasuk juga pendidikan formal, sering kita sebut SEKOLAH.
Sekolah
menurut peraturan pemerintah mempunyai otonomi tersendiri dengan porsi
tertentu, namun karena birokrasi yang salah maka timbul apa yang
disebut 'loyalitas terhadap dinas'. Maksud saya, sekolah tidak mampu
lagi berbuat banyak untuk menjadi sekolah yang mencerdaskan masyarakat.
Para birokrat lebih sibuk memakai lipstik dan bedak agar terlihat lebih
cantik dihadapan birokrasi diatasnya.
Anies Baswedan
seorang rektor termuda universitas Paramadina telah mewujudkan basis
beasiswa yang diperoleh dari pasar. "Saya tanya mereka “Apakah mau
pendidikan kita seperti ini,?” semuanya mengatakan tidak. Dan lebih
mudahnya lagi adalah perusahaan-perusahaan swasta adalah pemanfaatan
orang-orang terdidik tanpa mengeluarkan biaya sama sekali".
berarti
bisa saya tarik kesimpulan, karena pendidikan itu berorientasi pada
pasar. Maka, bila pendidikan tidak menciptakan para ahli-ahli yang
dibutuhkan pasar, tentunya pasar akan keok. Ada hubungan timbal balik
seharusnya, namun yang kita lihat hal-hal tersebut tidak ada. Pasar
terlalu kuat untuk mendekte pendidikan. Sedangkan hasil dari pendidikan
yang dimiliki oleh masyarakat menjadi banci, tidak mampu menunjukkan
eksistensinya sebagai masyarakat berpendidikan yang MERDEKA.
Tentunya
benar kata seniman kita Putu Wijaya. "Kemerdekaan bila dimiliki orang
yang belum siap menerima kemerdekaan, maka kemerdekaan itu adalah
kematian". Seperti kematian wajah Pendidikan Indonesia saat ini.
***
Fenomena
yang banyak terjadi sekarang, pelaku teroris dari bom atau bom bunuh
diri, tawuran antar warga, tawuran suporter sepakbola yang sulit
dikendalikan, perang antara warga dengan TNI, korupsi, pengemplangan
pajak, kasus money londry, dan lain sebagainya. Riset mengatakan bahwa
ini semua karena pendidikan masyarakat yang lemah. Tentunya pendidikan
yang saya maksud adalah pendidikan Spiritual, moral, kemanusiaan,
akhlaq, pengetahuan, kebijaksanaan, kepemimpinan, dan yang mempunyai
andil lainnya.
Jawabannya...
Bagaimana bila sekolah merupakan pusat pengetahuan, bukan lagi sekedar pusat pendidikan yang dapat kita saksikan di sekolah-sekolah dewasa ini.
Misalkan
selain diadakan proses belajar mengajar formal Guru dan murid,
masyarakat lokal bisa memiliki sekolah guna pembentukan
akumulasi-akumulasi pengetahuan dan kebudayaan. Dengan sekolah memiliki
perpustakaan umum, perpustakaan itu bisa menjadi daya tarik masyarakat
sekitar untuk selalu membaca buku. Menambah pengetahuan masyarakat.
Selain itu akibat-akibat yang lain tentu akan lebih banyak. Karena
masyarakat mulai terbuka pikirannya dengan pengetahuan yang mereka
miliki.
Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, SH. SU Pernah bilang
"Universitas-Universitas tidak bisa menjamin mahasiswanya untuk menjadi
pandai dan sukses. Tapi Universitas dibangun bagi mereka yang ingin
pandai dan meraih sukses. dan Sewajibnya di Universitas di tempa
kecerdasan otak, digodok kematangan emosi dan dibina keluhuran watak".
Peradaban
yang baik pastilah yang kita harapkan, Kedamaian, Kemandirian,
Kesuksesan, Kekayaan, Kenyamanan, dan unsur-unsur lainnya Ingin Segera
kita wujudkan.
Oleh AMIN BAGUS PANUNTUN.
Rumah, 19 April 2011



0 komentar:
Posting Komentar