Namanya H. Yusuf Maulana. MM orang-orang pasti akan berdecak kagum
melihat titelnya. Minimal orang-orang yang baru mengenalnya akan
berpikir masi muda tampan, berwibawa, sudah haji, dan punya gelar
megister manajemen. Kurang apa lagi coba, barangkali itu sudah cukup
buat menggaet keinginan untuk dijadikan mantu bagi anaknya.
Tapi sayang, "H" itu bukan akronim dari 'Haji' tapi 'Hehehe' belum lagi
"MM" bukan akronim dari 'Megister manajemen' namun karena Malam pertama
ayahnya bersetubuh dengan istrinya pada waktu Malam Minggu. Itu ulah
bapaknya yang kranjingan dan kurang berpendidikan tidak punya pikir
panjang. Biar dikata nama anaknya mentereng dan juga bermaksud agar
anaknya kelak juga bisa pergi Haji dan jadi Megister Manajemen. Walaupun
bapaknya seorang preman pasar lulusan SD saja namun setiap bapak pasti
punya cita-cita agar anaknya jauh lebih baik dari bapaknya.
Ulah bapaknya kini juga berimbas pada yusuf, ternyata yusuf jadi orang
yang seperti bapaknya cita-citakan sekarang. Sudah pergi Haji dan punya
gelar Megister Manajemen beneran. Tapi sayang bapaknya cudah koid di
makan usia tidak bisa melihat bahwa anaknya sudah seperti yang dia
impi-impikan, walaupun dulu hanya sebatas nama.
Yusuf kini bekerja di perusahaan kelas dunia, bisa dikata gajinya
segunung apalagi dia belum kawin. Yusuf sebenarnya sudah punya dambaan
hati, gadis cantik molek seksi anak kuliahan semester 7 yang sedang
menjalani proses skripsi. Sudah barang tentu yusuf punya ambisi kalau
setelah gadis cantik molek seksi lulus kuliah pastilah akan dilamar
untuk dijadikan istri.
Tapi kini Yusuf yang
sudah jadi orang kaya tiba-tiba saja bilang tidak mau kawin sama gadis
itu. Katanya si karena teteknya ada tiga. Pernah suatu saat dia melamun
membicarakan hal ini dengan dirinya sendiri.
"Dia memang gadis cantik, mulus putih, seksi dan menggairahkan. Tapi teteknya tiga".
"Goblok, bukankah itu sebuah kelebihan?"
"Kelebihan? maksudnya?"
"Iya
kelebihan, tangan kananmu bisa pegang tetek kirinya, tangan kirimu bisa
pegang tetek kanannya, sedang mulutmu bisa gerilya di tetek tengahnya."
"Itu bukan kelebihan, tapi berlebihan. Orang mana yang suka dengan orang yang berlebihan?"
"Bukankah itu yang di maui semua laki-laki, bisa bermain-main dengan tetek wanita?"
"Ya
memang, tapi kenapa harus ada tiga? tidak normal saja. Dua seperti
wanita-wanita lainnya, walaupun tidak secantik, seseksi dan semulus dia.
Namun tetek mereka normal, ada dua."
"Bukannya kamu bisa kawini dia lalu bisa oprasi teteknya dengan kekayaanmu yang berlimpah?"
"Bukan
sesederhana itu, aku ini Haji, dan Megister manajemen. Tentu aku
seorang yang alim dan seseorang yang berpendidikan. Bukan seperti
bapakku dulu, yang dengan enaknya agar anaknya namanya mentereng lalu
dengan sesukanya memberikan nama kepadaku. Karena aku orang alim sudah
pasti aku tidak bermain-main dengan teteknya karena nafsu. Dan tentu
karena aku berpendidikan, sudah tentu aku tidak sebodoh itu mengawini
gadis yang teteknya tiga."
"Loohh, bukankah
yang ada dipikiranmu adalah apa yang ada dipikiranku? Dari mana kau tahu
kalau gadis itu teteknya ada tiga? kecuali kalau kamu mengetahuinya
tidak dari mengintipnya atau bahkan sudah bermain-main dengan sekujur
tubuhnya?"
Karena marah lamunanya pecah.
Dia tidak mau berbicara lagi dengan dirinya sendiri. Dia bisa saja
melakukan apa yang baik-baik agar dipandang orang dia orang baik. Tapi
ternyata diri sendirinya juga yang melucuti dirinya sendiri bahwa
kebaikannya adalah kamuflase atas titelnya yang mentereng.
Oleh Amin Bagus panuntun
Rumah, 26 April 2011
Ini semua bukan berarti tidak sopan karena membicarakan tentang hal-hal
yang tidak sopan. Ini semua bukan masalah kesopanan kecuali karena kita
sok sopan. Kesopanan dinilai dari hal-hal yang tidak sopan, karena kita
melihat hal-hal yang tidak sopan kita bisa menentukan kesopanan.
Sekarang waktunya kita selalu berpikir secara positif dan berani
menyatakan bahwa diri kita ternyata masih dekat dengan
kamuflase-kamuflase hidup yang kita jalani. Hidup kita menjadi sekenario
kita sendiri yang mengotak-atik diri sendiri agar yang tidak baik jadi
kelihatan baik. Agar yang bobrok jadi kelihatan menawan. Mari
sedikit-sedikit kita hentikan itu semua agar semua yang sedikit itu
tidak tertimbun menjadi malapetaka di kemudian.
Terima kasih telah membaca artikel: Cerpen "Tetek Titel"


