Cinta atau Iman?

0 komentar
Adalah ketika ia bersemi dalam hati. . . Terkembang dalam kata. . . Terurai dalam perbuatan. . .

Kalau hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya. Kalau hanya berhenti dalam kata, itu cinta yg disertai dengan kepalsuan dan tidak nyata. . .

Kalau cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon; akarnya terhujam dalam hati, batangnya tegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam perbuatan. Persis seperti IMAN, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh amal.

Semakin dalam kita merenungi makna cinta, semakin kita temukan fakta besar ini, bahwa cinta hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yg juga punya integritas. Karna cinta adalah keinginan baik kepada orang yg kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan . . .

Dan utama adalah cinta kepada TUHAN.


Terima kasih telah membaca artikel: Cinta atau Iman?

Puisi "Keindahanmu"

0 komentar
Diruang lain dalam setiap detik yang berbeda, semua masih tentang desember.
Disini, diantara mereka aq terhanyut, masih pula kau renungi kabut tebal yang perlahan merapat dan kadang menghilang, merangkak dilereng sindoro.

Sama.
Seperti kabut, ketika kulihat lembah dihatimu.
Seperti kabut, ketika kutatap sinar matamu
seperti kabut, ketika membimbing langkahku
seperti kabut, ketika ku harus menentukan langkahku.

Perlahan kabut menghilang, membuat nyata yg semula tersamar, terbawa oleh angin sepoi angin yang menghembuskan dingin menciutkan pori-pori.
Tapi aku suka, walau dingin, meskipun angkuh. Angin yang mengundang kabut dan angin yang mengusir kabut.

Desember itu anaphalis javanica tak berbunga di sindoro. Pun tak ada pelangi sehabis hujan. Hanya kabut dan angin yang menderu, namun itu bukan keindahanmu.

Klaten, 25 Juli 2009


Terima kasih telah membaca artikel: Puisi "Keindahanmu"

Aku dan Kau (Edelweis)

0 komentar
Biarkan ku pergi
pergi untuk datang
atau pergi untuk kembali. . .

Kan kubaca syair, dari puisi yg ku tulis di puncak mahameru desember lalu
bersama sang siluet senja
dan hamparan awan kapas yg membentang.

Saat sang buana telah membiarkanku merasakan keberadaannya. Rasanya ingin ku tarik violet dari sang mega.
Disana ku gariskan berjuta harapan yang tertinggal bersama sang kawan. Bersama tangkai edelweiss yg berguguran. .

Aku dan kau
sama2 punya harapan
aku dan kau
sama2 punya impian
aku dan kau
sama2 punya cita-cita

andaikan ku jatuh seperti tangkai edelweiss itu
satu harapan dan impianku adalah kan ku bacakan berjuta puisi yg terpenat dalam dada
dimana dulu kau pernah tersenyum karena senja.

Dan ketika batu2 nisan itu menjadi saksi
saat nyanyian lagu mahameru berkumandang
akan ku tetap disana
terdiam berangan-angan
tetap hidup untuk mencintai bumi
mencintai kebebasan

Klaten, 20 Juli 2009

( Saat aku berkenenalan dengan soe hok-gie lewat catatan hariannya "Catatan Seorang Demonstran". Entah mengapa aku ingin sekali pergi ke puncak abadi para dewa, untuk persahabatan, mencintai bumi dan mencintai kebebasan berpikir. Dan Setelah saya membaca novel "5 CM" yang berkisah tentang persahabatan dan cinta kasih terhadap alam. Saat aku membaca puisiku kembali, ternyata ada sesuatu hal yang hidup dalam puisi ini. Mengajak ku untuk selalu mencintai kehidupan, teman dan alam)

Terima kasih telah membaca artikel: Aku dan Kau (Edelweis)

Jangan Sampai Salah Ciptakan Sejarah

0 komentar
Sadar dengan yg terlihat dibalik gunung ada sbuah kehidupan yg andil menentukan kehidupan kita saat ini..
Keadaan masa lalu adalah saksi disaat aku berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yang tak ada manfaatnya.
Mending kita lakukan kesalahan tapi ada manfaatnya. Agar kita semakin mengingat bijak.

Tiap sore melihat bulan yang hanya separuh lama-kelamaan menjadi utuh, tapi tak begitu dinamis langkahku untuk perjuangkan janji bersama kekasih. Atau bahkan terlalu dibuat dinamis, karna dilihat ada satu dua tiga empat yang sempat merasakan kekecewaan?

Bijak itu tidak sulit disaat kita benar-benar merasa tertekan layaknya duduk merunduk di pojok penjara kumuh...
Muncullah bijakku karena berbentur dengan lingkungan yang kekanan kemudian lurus. .

Toh sekarang, aku menentukan satu wanita saja sulit..
Disini ada, disitu ada,, apa dunia ini hanya dihuni wanita yg harus aku pilih salah satu..
Ada, tapi aku minder,
apa aku harus naik kebukit kemudian berteriak mendengar jawaban gema yg berbeda?

Klaten, 4 Juni 2009

Terima kasih telah membaca artikel: Jangan Sampai Salah Ciptakan Sejarah