Cerpen "MUDIK"

0 komentar
"Mudik, yang dulu artinya silaturahmi terhadap keluarga dan handai taulan sekarang artinya juga masih sama, silaturahmi" kata tejon di warung kopi

tejon adalah seorang pemuda yang baru saja mudik dari jakarta, dia kerja sebagai satpam.

"Kamu ketinggalan jaman, kamu sudah buta pikiran kamu." kata gareng menimpali.

Tanpa tedeng aleng-aleng dan terlampau saklek, kata-kata gareng mulai membuat tejon geram. dia merasa terhina, benar-benar terhina.

"Apa kamu bilang? ketinggalan jaman? bukankah kamu yang udik? lihat handphoneku tanpa tombol, lihat dompetku yang tebal, lihat-lihat barang-barang super canggih yang aku punya. Masih kau bilang ketinggalan jaman? Gila "

kondisi warung kopi jadi runyam, mereka berdua kian menjadi pusat perhatian.

Akhirnya tejon pergi begitu saja, meninggalkan kopi yang tumpah setelah ambruk digebrak.

***

"Arus mudik saat ini memang benar-benar hebat. Banyak yang karena mudik akhirnya banyak juga kecelakaan yang banyak menimbulkan ketewasan." Kata pak gareng setelah nonton berita arus mudik di televisi bersama anaknya



"Pak, katanya bapak tadi malam habis bentrok sama pak Tejon. Hanya gara-gara masalah mudik" timpal ibu ani setelah pulang dari membeli sayur diluar

Ibu ani tahu pasti dari acara ibu-ibu yang bergosip, yang kebetulan pemilik warung kopi juga ada disitu.

"Sebenarnya mau bapak tidak sampai seperti itu. Bapak cuma pingin mengutarakan pendapat bapak waktu ngobrol sama dia, tapi karena salah paham malah jadinya begitu buk" kata bapak

"Memangnya gimana pak?" tanya anaknya penasaran

"lhoh, bukankah sekarang makna mudik itu sudah mengalami pergeseran? yang dulunya makna mudik itu adalah pulang dari perantauan untuk bersilaturahmi dengan sanak keluarga dan masyarakat kampungnya, sekarang malah bukan hanya sekedar silaturahmi, namun pola pikirnya semua sudah ke arah matrealistis. Lihat siap yang peduli ilmu apa yang dibawa dari kota untuk masyarakat? budaya yang seprti apa yang dibawa mereka ke kampung. Konsumerisme ! kedatangan mereka bukan untuk membangun budaya baru yang lebih beradab namun malah sebaliknya."

"Pak, mereka kan juga tidak bermaksud seperti itu." bela anaknya

"Itu juga kesalahan pemerintah, sudah tahu ini fenomena yang besar dan potensial, malah dibiarkan saja. Akhirnya fenomena ini diboncengi oleh para industrial. Ya itu tadi konsumerisme, sekarang makna mudik sudah rusak. Yang ada malah berapa uang yang sudah dibawa, apakah tiap tahun mobilnya ganti, padahal di jakarta sana dia bekerja juga sampai berdarah-darah. Tapi saat mudik, semuanya terlihat palsu dan serba wah. Akhirnya semua orang yang kere di kampung milih untuk pergi ke jakarta."

"Bapak ini, kalau bicara pasti semua kena damprat, pemerintah kena damprat, semua kena damprat, nanti ibu sama anak juga kena damprat." Kata bu ani yang pergi meninggalkan mereka berdua ke dapur.

"Lalu bagaimana seharusnya pak, biar makna mudik tidak rusak?" tanya anaknya menodong

"Anak muda sekarang memangnya suka begitu, tidak mau berpikir, semua diserahkan sama orang tua, mau jadi apa bangsa ini kelak."

"Betul kan, kamu juga kena damprat nak. sebentar lagi ibu yang akan kena damprat"

heuheuheueheu ; anaknya tertawa...

"Ibu ini ! Mudik itu kan potensi besar, seharusnya pemerintah mampu mengambil alih. Mampu menularkan budaya kepada mereka, biar ada perubahan, kalau mudik itu bukan sekedar makna kosong karena diambil alih oleh industri. Bayangkan bila mereka yang mudik katakanlah membawa sesuatu yang baru, ilmu yang baru, budaya membaca, budaya bekerja keras, atau mereka itu meninggalkan buku-buku untuk dijadikan perpustakaan di kampung, menularkan inspirasi baru kepada orang-orang kampung. Atau tiap kali mudik ada macam-macam lomba yang menyenangkan, yang bisa menjadikan hiburan warga biar tidak mencari hiburan di mall."

"Tuh kan, kalau bapak lagi berpendapat, semua bisa kena damprat"

"Ini buat kebaikan kita semua, buat nasib festival agama di masa yang akan datang, jadi semua orang juga harus bertanggung jawab".

Oleh Amin Bagus P
klaten, 21 Agustus 2011
Terima kasih telah membaca artikel: Cerpen "MUDIK"

INDONESYANANA #2

0 komentar
Kita ada di sini karena pendidikan. Kita menjalani hidup bersama karena pendidikan. Kita bisa merasakan hadirnya Tuhan, itu karena pendidikan. Kita bisa merasakan kasih sayang karena pendidikan orang tua dari kita keluar dari perut seorang ibu. Kita bisa berbicara dengan baik, karena pendidikan. Kita bisa membedakan baik dan buruk, karena pendidikan. Kita bisa merasakan akhlak yang ada di aliran darah kita, itu karena pendidikan. Kita bisa merasakan kehadiran teman yang baik, kita bisa merasakan sahabat yang menyenangkan, itu semua karena pendidikan. Kita bisa makan, kita punya uang, kita menikmati listrik, kita bisa tersenyum, kita bisa tertawa, kita bisa bersedih, kita bisa segalanya, itu karena pendidikan. Kita bisa narsis di Facebook, kita bisa nulis di blog, kita bisa main di twitter. Itu semua karena pendidikan.

Betapa berharganya pendidikan, Bagaimana bila Adam dan hawa tidak mempunyai otak untuk berfikir, hati untuk berbagi, karena bila tidak ada itu kita tidak akan pernah bisa menerima pendidikan. Apakah kita akan ada disini, apakah kita tidak pernah berfikir bila kita tidak pernah menerima pendidikan kita semua akan mati. Kita semua akan bunuh-membunuh seperti Hewan. Tidak ada kasih sayang, tidak ada cinta, dan yang paling menyakitkan adalah tidak akan pernah ada pelukan seorang ayah atau buaian seorang ibu. Lalu bagaimana bila Muhammad bukan menerima ayat yang berbunyi Iqro'? apakah peradaban semacam ini bisa kita temui?

Sudah terlalu lama kita melakukan pengecaman pada kegelapan, mari kita bersama-sama menyalakan lilin itu, agar kita bisa menyaksikan perubahan.

Oleh karena itu Pendidikan adalah tanggung jawab setiap orang. Dan hari ini, betapa banyaknya orang yang memahami, bahwa mempunyai kemandirian untuk menjadi orang yang terdidik adalah keniscayaan. Dan banyak orang yang memahami bahwa memberi lebih baik daripada menerima. Setiap apa yang kita punyai, apa yang ada di otak kita, apa yang ada di hati kita, apa yang ada di genggaman kita. Harus kita berikan untuk kedamaian, kesejahteraan, dan masadepan peradaban manusia. Kepada mitra/teman, kepada sahabat, kepada keluarga, kepada Indonesia, kepada dunia. Dan Yang paling penting dari segala-galanya, ini semua Karena TUHAN semata.

Generasi Muda Harus Mampu Hadir Menginspirasi Semua Orang, Dan Sekaligus Mampu Menyalakan Lilin-Lilin yang Telah Padam.

*Buat Komunitas Mahasiswa Merdeka
Klaten, 9 agustus 2011
 
Terima kasih telah membaca artikel: INDONESYANANA #2

Curahan Mahasiswa #1

0 komentar
Salah satu kepincangan dalam kurikulum di perguruan tinggi pada masa kini ialah bahwa mahasiswa ditimbun dengan semakin banyak bahan mata kuliah yang harus dipelajari, apalagi dengan metode pembelajaran yang masih tergolong primitif. Yang sudah tentu kualitasnya ditentukan oleh kapasitas dosen. Disatu pihak kualitas bahan pun juga terus bertambah, tetapi pencernaannya dengan sendirinya berkurang, karena saking banyaknya mata kuliah yang membuat kita sibuk atau keok dengan tugas, bahkan hal-hal teknis lainnya.

Hal ini bukan berarti cukup sampai disitu. Namun, ini mempunyai hukum sebab akibat yang akan terjadi. Akibatnya, mahasiswa puas dengan pengetahuan formal saja, asal saja bisa lulus ujian. Yang tentu implikasinya adalah banyaknya kecurangan yang dilakukan oleh para mahasiswa. Dengan demikian hal ini justru tidak akan bisa mencapai apa yang sebenarnya diharapkan oleh perguruan tinggi apabila kurikulum diperluas, yaitu agar bahan baru itu betul-betul dikuasai oleh mahasiswa.

Dan kita juga harus tetap ingat, kita sebagai warga di keluarga, kampung kita, Indonesia, dan kita sebagai warga dunia digadang-gadang agar memberikan sebuah pembuktian kalau kita mempunyai tanggung jawab sosial. Lalu, bila kita sendiri tidak tahu bagaimana ide atau gagasan yang harus kita miliki. Tanggung jawab kita sebagai mahasiswa adalah NOL besar.

Padahal jika kita tahu, tidak ada universitas di manapun yang menjamin mahasiswanya bisa pandai dan sukses. Ditambah lagi Ilmu-ilmu formal tersebut juga tidak akan pernah menjamin kita bisa mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan. Ini bukan masalah suka atau tidak suka dengan suatu kebijakan, karena Masa depan kita di tentukan oleh karakter pribadi kita masing-masing. Dan dalam ilmu-ilmu formal tersebut juga tidak ada salah satupun mata kuliah yang mengajarkan pelajaran pembentukan karakter secara utuh. Kecuali di lingkungan kita dan penggemblengan diri sendiri. Padahal seperti yang kita ketahui diatas, kita semua sama-sama sudah sibuk dan keok. Artinya, kita sulit untuk menentukan kemana nasib/masa depan kita selanjutnya.

*Buat Komunitas Mahasiswa Merdeka
Klaten, 5 Agustus 2011
Terima kasih telah membaca artikel: Curahan Mahasiswa #1

INDONESYANANA #1

0 komentar
Tiap anak muda selalu punya masa depan, karena mereka belum pernah merasakan masa lalu. Saat ini sudah jadi trend nya bila anak muda sekarang cerdas-cerdas dan punya mimpi yang besar. Bagi anak muda yang leha-leha dan sekedar iseng maka dengan sendirinya mereka akan kelabakan. Karena anak muda yang bekerja keras dan punya mimpi besar sekarang sudah jadi TREND.

Trend generasi muda sekarang ini adalah generasi yang sudah selesai membicarakan tentang dirinya. Lalu digantikan dengan generasi muda yang membicarakan tentang masa depan Indonesia. Yang ada di pikiran, perasaan dan perbuatannya adalah Masa depan. Entah itu di bidang akademik, politik maupun bisnis. Yang muaranya nanti adalah tanggung jawab sosial.

Bila masih ada anak muda yang diam tidak mau bekerja keras menggembleng dirinya, nanti seperti halnya dizaman serba fashion namun kita masih ga ngeeh soal fahsion. Kita disebut cupu karena kita ga mengikuti TREND. Dan Trend anak muda sekarang adalah menyiapkan diri, memikirkan, dan menentukan bagaimana Masa depan Indonesia.

Betapa hebatnya anak muda sekarang !!!

*Buat Komunitas Mahasiswa Merdeka
Klaten, 4 Agustus 2011
 
Terima kasih telah membaca artikel: INDONESYANANA #1