HUTAN RIMBA

0 komentar
Bila dalam sebuah komunitas, misal ada 10 orang dan kamu salah satunya. Lalu kamu mempunyai keterampilan tertentu atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh 9 orang lainnya. Maka ketrampilanmu akan jadi bumerang.

Heiii...! kamu tidak perlu punya rasa kasihan atau bahkan idealisme, karena rasa kasihan dan idealismemu akan dimanfaatkan. Kenapa dimanfaatkan? karena mereka memang tidak tahu! Dan karena mereka tidak tahu maka mereka  tidak akan pernah tau betapa pentingnya ketrampilan dan kelebihanmu. Inilah akibat dari Model kapitalistik.

Itu semua karena mereka memang tidak pernah bisa peduli terhadap ketrampilan atau kelebihanmu, kemudian mereka akan menyakitimu. saat kamu sakit, mereka akan menginjak-injakmu kemudian membuangmu. Seperti sampah...! Inilah akibat dari model Materialistik.

Ya, SAMPAH !

Salah satu bentuk kesombonganku yang aku ketahui adalah mempunyai rasa "kasihan". Ya, rasa "kasihan" itu adalah kesombongan semu namun dalam bentuk melow. Dan sayangnya baru sekarang, menjelang aku umur 21 tahun aku sadar akan hal itu, dan aku sadar bahwa aku hidup di hutan rimba, buas dan kejam.

Dan aku juga mengerti kalau tidak selamanya idealisme itu berguna. Maka saat itu kamu jangan jadi kucing di dalam hutan rimba ini. Kamu harus jadi singa atau macan, kamu harus kuat, kejam terhadap diri yang melenakan, dan selalu siap menerkam terhadap kejelekan yang timbul dari prasangka-prasangka yang tidak baik.. Sebelum kamu di terkam, lalu dimakan.

Kamu tahu, baru saat ini aku mengerti kalau biar bagaimanapun kamu harus berubah. Dan arti berubah adalah mandiri. kamu tidak perlu lagi membutuhkan kepedulian orang, namun kamu harus memedulikan orang, Kamu tidak perlu lagi rasa kasihan orang, perhatian orang, namun kamu harus mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan. Bahkan kamu harus rela bila harus dilupakan oleh sejarah. Kamu harus bisa mencari makan sendiri. Dengan cara halal dan toyib.

Kamu hanya perlu satu, berusaha membuat Tuhan tersenyum, lalu keluargamu.

Kejam bukan, ya harus kejam. Karena ini adalah HUTAN RIMBA.

Ingatkah kamu dengan catatan seorang blakanis?
"Lawan dari kejujuran bukanlah kebohongan, namun adalah kepura-puraan. Pura-pura jujur atau pura-pura bohong".

Namun bila kamu merasa tahan? maka hiduplah dalam kepura-puraan. Dan aku tidak mau!


Oleh Amin Bagus Panuntun
Kamar, 3 juni 2011
Terima kasih telah membaca artikel: HUTAN RIMBA

CERITA MAHASISWA

0 komentar
Bagaimana kalau sekali-kali kita ga hanya mikirin tugas dari dosen yang numpuk.Bagaimana kalau sekali-kali bahan cerita kita bukan dosen yang kejam dan ga masuk akal.Bagaimana kalau kita buat mahasiswa jadi asyik.
Sekali-kali kita juga perlu seneng-seneng.
pergi ke mall
Bermain ombak yang susul menyusul saat dipantai
Makan bareng di tempat yang jarang dipikirkan oleh orang-orang
masak-masak bareng dirumah teman

Sekali kali juga kita boleh
Bikin resah ayah bunda karena kita pergi naik gunung
Bawa kardus pakai almamater kita bareng-bareng cari tambahan dana buat korban bencana alam
Bareng-bareng Pergi ke toko buku loak
bareng-bareng kita ngajar TPA atau buat kelas dongeng bagi anak-anakatau barangkali
bareng-bareng kita swadana buat jenguk teman kita yang sakit
bareng-bareng kita hibur temen-temen kita yang sedang kena masalah
bareng-bareng kita peduli sama orang yang membutuhkan
bareng-bareng kita kumpulin duit buat sekolahin anak yang kurang mampu
bareng-bareng kita buat lingkungan kita sebersih mungkin dengan buang sampah di tempatnya
Itu kita lakukan Bareng-bareng... Bukan malah kita jadi orang yang sok egois, padahal kita juga kepingin seperti itu...
Iya bukan?

Kita itu juga perlu tertawa...
ditempat-tempat penuh seni, sastra dan budaya
kita lihat teater bareng-bareng
kita lihat pertunjukan wayang bareng-bareng
kita lihat pertunjukan tari bareng-bareng
kita lihat pertunjukan bava puisi bareng-bareng
kita lihat pertunjukan anak-anak yang lucu bareng-bareng

kita juga perlu peduli...
Kita bareng-bareng lihat siapa orang tua kita
apa kita tahu kalau ternyata ayah kita hanya punya uang dua puluh ribu rupiah tapi kita tetap merengek
apa kita tahu kalau kita jarang sekali membicarakan hal-hal yang remeh temeh yang sebenarnya menarik
apa kita tahu kalau kita itu wangi sendiri dibanding temen-temen kita, bukankah kalau semuanya wangi itu lebih asyik
apa kita tahu kalau kita itu

(Kalau pingin nerusin hal-hal soal kebersamaan dengan temen yang pingin banget kamu lakuin silakan tulis di komentar)

Oleh Amin Bagus Panuntun
diatas motor, 25 Juni 2011

Terima kasih telah membaca artikel: CERITA MAHASISWA

Sebuah Puisi "Cinta Tanpa Tanda"

0 komentar

Manisku...
Aku datang bukan mencari pelampiasan,
aku datang sebagai sebuah penjelasan,
Aku hanya ingin menunjukkan kepadamu
soal, Cinta tanpa tanda.

Oleh Amin Bagus P
(Kamar, 11 Juni 2011)

Aku akan berusaha jadi bapak yang baik,
Berusaha keras mencukupi kebutuhan mu dan anak-anak.

Tidakkah kau tahu?

Aku bisa jadi bapak bagi anak kita kelak
Karena aku belajar, melihat cara ayahku
menyayangi adikku dan aku

Aku juga bisa jadi ibu bagi anak kita kelak
karena aku belajar dari ibuku.

Manisku, senja tidaklah lama
Malam datang semakin cepat
pergi tanpa kita sadar karena kita sama-sama terlelap
Pagi juga sebentar
Siang pun sebentar
Semuanya hanya sebentar

Sebentar...

Lihatlah aku, bagaimana aku?
Tutuplah matamu, bagaimana aku?

Cinta - Tanpa - Tanda

Aku mencintaimu bukan karena sebentar,
Aku mencintaimu karena aku yakin,

Kaulah jodohku...

Oleh Amin Bagus P
Kamar, 12 Juni 2011
 
Terima kasih telah membaca artikel: Sebuah Puisi "Cinta Tanpa Tanda"

Puisi "PRIORITAS"

0 komentar
Sebuah Puisi "PRIORITAS"

Jangan takut, aku bukan ingin jadi pacarmu
Aku ingin jadi teman dekatmu
Kau harus tahu itu...

Bila kau ingin bersama teman atau sahabatmu, bersamalah mereka,
Bila nanti aku kesepian atau cemburu,
Biarlah aku tanggung sendiri.

Bolehkah aku memanggil kau "Manisku"?

Manisku, aku ingin kau menikmati hidup ini dengan bebas,
Tanpa terkekang, apalagi aku.
Namun bila kau berjalan bertemu masalah,
Berilah ia salam, ia akan menjadikanmu semakin menarik di mataku.

Saat kau lemah dan merasa butuh, aku akan membantu semampuku,
Karna kau sekarang adalah prioritas setelah keluargaku,
Manisku...

Namun, lihat saja nanti
kau akan jadi prioritasku

Manisku, kau ingin aku bawakan apa?
Bunga kertas atau anaphalis javanica?
Bugenvile atau edelweis?

Dengan itu aku akan datang ke kandangmu,
Memberi senyum terbaikku,
Mengutarakan bahwa aku tak hanya ingin jadi teman dekatmu.
Aku ingin jadi Imam mu dan anak-anak

Memberikan penjelasan bahwa,
Sekarang, kau aku nobatkan menjadi PRIORITASKU.

Oleh Amin Bagus Panuntun
Kamar, 6 Juni 2011
 
Terima kasih telah membaca artikel: Puisi "PRIORITAS"

UNTUKMU PAGI

0 komentar
Pagi menjelma, membawa pesan mengetuk.

Mengusir kunang-kunang pergi ke kandang.


Pagi juga yang telah membuat mentari mengayuh kebumi berteman dengan embun dan membuat tetes daun yang basah.

Kulihat kau juga menjaga sanubari, seperti embun yang membuat kita bercengkrama dengan orang yang kita sayang.

Dua ekor burung dara bangun dari tidurnya, jantan dan betina.

Dia kepakkan sayapnya terbang tinggi menjulang, seolah mengajak kita untuk mengolah langkah berlari menggapai.

Menenemukan cita, menemukan cinta.

Kamar, 3 Juni 2011


Terima kasih telah membaca artikel: UNTUKMU PAGI