Apa yang anda pikirkan tentang kecantikan?
apakah wanita yang langsing itu cantik?
apakah wanita yang gemuk itu cantik?
apakah wanita yang putih itu cantik?
apakah wanita yang hitam itu cantik?
apakah wanita yang tinggi itu cantik?
apakah wanita yang pendek itu cantik?
apakah wanita yang berambut lurus itu cantik?
apakah wanita yang berambut kriting itu cantik?
Apakah kamu adalah wanita yang menjadi diri sendiri.
Mengapa iklan sering menggunakan wanita putih, tinggi, langsing, berambut lurus?
Itu yang sering saya sebut Selera propaganda, yang pada akhirnya wanita tidak mampu menunjukkan siapa sebenarnya dirinya seperti yang di harapkannya. Kenapa hal tersebut terjadi, karena nilai kita sebagai seseorang yang bisa menilai harus didekte oleh iklan tersebut, yang notabane adalah Industri. Karena industri selalu bersifat komersial maka dengan cara sedemikian rupa harus ada yang dikorbankan, yaitu Konsumen.
Sekilas, perempuan seperti diuntungkan dengan munculnya beberapa produk kosmetik yang ‘seolah’ membantu mereka mengatasi problem kecantikannya. Namun secara bersamaan, perempuan juga dibombardir dengan segala informasi produk kecantikan yang menawarkan banyak idealisasi citra diri yang sangat bias. Bias, mengingat perempuan sebagai manusia seharusnya dipandang secara seimbang dari dua aspek sekaligus; jasmaniah dan ruhaniahnya. Kecantikan perempuan memiliki dua sisi yang harus dipadukan agar terwujud kecantikan yang paripurna (Tilaar, 1999).
Steorotip-stereotip (pencitraan) tersebut akhirnya semakin dekat dengan apa yang dilihat dalam iklan produk kecantikan. yang pada akhirnya seorang wanita hanya mempunyai dua pilihan : memiliki pikiran atau memiliki kecantikan.
Tanpa disadari kita semua Sulit untuk menemukan wanita yang memiliki kesadaran mandiri atas identitasnya.
Saya pikir menjadi cantik adalah dambaan setiap wanita karena fitrah wanita memang menyukai kecantikan dan keindahan. Untuk mendapatkan pengakuan “cantik” ini banyak wanita yang kemudian menyiksa diri. Contohnya, seperti wanita pada zaman Dinasty Ming yang harus rela dipatahkan jari-jari kakinya demi mendapatkan kaki berukuran kecil. Beda lagi dengan penduduk Mongolia dan Tibet yang menganggap wanita cantik adalah yang berleher jenjang. Semakin panjang leher semakin cantiklah dia. Oleh karena itu, wanita di sana rela menglilit lehernya dengan banyak kalung timah yang mengikat erat di leher mereka sejak kecil. Semakin bertambah usia, jumlah kalung di leher mereka pun semakin bertambah sehingga membuat leher seolah tertarik ke atas.
Sampai saat ini pun masih terus ada wanita-wanita yang rela menyakiti dirinya demi tampil cantik.
Nah yang sering saya temui saat ini adalah wanita yang melakukan program diet. yang pada akhirnya menerima penyakit Aneroxia (Takut kegemukan). Lalu mereka melakukan diet ketat yang sebenarnya begitu menyakitkan dan tentunya tidak baik bagi kesehatan contohnya setelah makan harus dipaksa memuntahkan makanannya kembali. Ini artinya mereka malah menyakiti diri mereka sendiri hanya karena berkeinginan menjadi wanita langsing, cantik, seperti apa yang ada di iklan-iklan yang mereka lihat. Harus oprasi plastik, bahkan operasi virginity yang tentunya penuh resiko. Belum lagi bedak yang mahal, baju yang mahal, kawat gigi yang mahal, dan lain sebagainya.
Saya berharap seorang wanita mampu berpikiran jernih dan tidak hanya mengandalkan cita rasa hanya karena berkeinginan untuk menjadi cantik.
Saya akan mencoba menganalogikan dalam sebuah fabel.
Seekor lebah atau kupu-kupu terperangkap dalam botol. Dari luar, ia tampak menari-nari penuh gairah, dari sisi ke sisi. Ia terbang meliuk-liuk, dari dasar ke puncak. Namun, dari dalam sungguh malang. Sebenarnya tak ada tarian gembira. Tak ada liukan bergairah. Yang ada cuma usaha tanpa harapan. Pelan tapi pasti, sang lebah mati perlahan. Tercekik lunglai kehabisan oksigen.
Kita pun kadang tidak sadar akan hal tersebut. Secara lahiriyah kita terlihat indah dan elok oleh orang lain, tanpa masalah, tanpa beban. Misalkan saja, Ada wanita muda anak keluarga pas-pasan mempunyai kulit putih dengan bentuk tubuh dan kulit cap salon, lalu baju dengan bandrol harga yang bisa buat makan keluarga miskin selama satu bulan diperoleh dari kerja keras orang tuanya siang malam. Bukankah hal tersebut tanpa disadari telah menjadi malapetaka bagi kita? Sebuah kepalsuan. Mereka tidak mampu lagi mengekspresikan dirinya secara bebas, terkotak hanya pada bagaimana bisa terlihat cantik menurut selera propaganda dan tentunya menjadi pusat perhatian. Padahal bagi wanita, menjadi pusat perhatian di jaman buas seperti sekarang adalah ketidakamanan. Ditambah lagi dengan fenomena bahwa semua laki-laki itu jahat. Banyak lelaki jahat pun juga karena seorang wanita memang lebih menginginkan kecantikan daripada melatih pikiran. Kenapa begitu, karena seorang perempuan adalah IBU. Bila kita tahu, ternyata menjadi seekor lebah cantik, yang meliuk di dalam botol sebenarnya sama sekali kita tidak mampu bebas untuk terbang. Gelisah, Palsu, dan mati pelan-pelan.
Sebenarnya untuk apa wanita atau bahkan laki-laki ingin terlihat "wah"? Andaikata ada seorang wanita ingin menarik laki-laki agar menyukainya dengan cara berpakaian terbuka. memang banyak yang akan mendekat, karena lelaki sekarang sudah jadi jahat. Tapi bukankah wanita itu tetap akan harus menyeleksi dari sekian banyak laki-laki. seperti bangkai menyeleksi beribu-ribu lalat.
Namun ternyata ada juga wanita yang berpakaian anggun, bertuturkata santun dan bertingkah sopan. Sederhana dalam pikiran, kata dan perbuatan. Kelihatannya memang hanya sedikit laki-laki yang akan mendekat, namun bukankah laki-laki itu sudah terseleksi dan final?
Saya tidak menyimpulkan bahwa karangan ini salah atau benar karna ini adalah kerelatifan. Hanya berangkat dari apa yang saya lihat didampingi literatur-literatur yang pernah saya baca. Intinya saya tidak sewot, itu pilihan. Menjadi siapa seseorang itu, itu adalah PILIHAN.
Terbang bebas seperti kupu-kupu atau lebah nan cantik dan indah, dengan MEMBEBASKAN PIKIRAN dan mengetahui siapa diri kita sebenarnya. Bahwa kita semua adalah "MADE IN ALLAH".
Oleh Amin Bagus Panuntun
Rumah, 30 November 2010
Terima kasih telah membaca artikel: Kala Kecantikan Menindas Wanita
apakah wanita yang langsing itu cantik?
apakah wanita yang gemuk itu cantik?
apakah wanita yang putih itu cantik?
apakah wanita yang hitam itu cantik?
apakah wanita yang tinggi itu cantik?
apakah wanita yang pendek itu cantik?
apakah wanita yang berambut lurus itu cantik?
apakah wanita yang berambut kriting itu cantik?
Apakah kamu adalah wanita yang menjadi diri sendiri.
Mengapa iklan sering menggunakan wanita putih, tinggi, langsing, berambut lurus?
Itu yang sering saya sebut Selera propaganda, yang pada akhirnya wanita tidak mampu menunjukkan siapa sebenarnya dirinya seperti yang di harapkannya. Kenapa hal tersebut terjadi, karena nilai kita sebagai seseorang yang bisa menilai harus didekte oleh iklan tersebut, yang notabane adalah Industri. Karena industri selalu bersifat komersial maka dengan cara sedemikian rupa harus ada yang dikorbankan, yaitu Konsumen.
Sekilas, perempuan seperti diuntungkan dengan munculnya beberapa produk kosmetik yang ‘seolah’ membantu mereka mengatasi problem kecantikannya. Namun secara bersamaan, perempuan juga dibombardir dengan segala informasi produk kecantikan yang menawarkan banyak idealisasi citra diri yang sangat bias. Bias, mengingat perempuan sebagai manusia seharusnya dipandang secara seimbang dari dua aspek sekaligus; jasmaniah dan ruhaniahnya. Kecantikan perempuan memiliki dua sisi yang harus dipadukan agar terwujud kecantikan yang paripurna (Tilaar, 1999).
Steorotip-stereotip (pencitraan) tersebut akhirnya semakin dekat dengan apa yang dilihat dalam iklan produk kecantikan. yang pada akhirnya seorang wanita hanya mempunyai dua pilihan : memiliki pikiran atau memiliki kecantikan.
Tanpa disadari kita semua Sulit untuk menemukan wanita yang memiliki kesadaran mandiri atas identitasnya.
Saya pikir menjadi cantik adalah dambaan setiap wanita karena fitrah wanita memang menyukai kecantikan dan keindahan. Untuk mendapatkan pengakuan “cantik” ini banyak wanita yang kemudian menyiksa diri. Contohnya, seperti wanita pada zaman Dinasty Ming yang harus rela dipatahkan jari-jari kakinya demi mendapatkan kaki berukuran kecil. Beda lagi dengan penduduk Mongolia dan Tibet yang menganggap wanita cantik adalah yang berleher jenjang. Semakin panjang leher semakin cantiklah dia. Oleh karena itu, wanita di sana rela menglilit lehernya dengan banyak kalung timah yang mengikat erat di leher mereka sejak kecil. Semakin bertambah usia, jumlah kalung di leher mereka pun semakin bertambah sehingga membuat leher seolah tertarik ke atas.
Sampai saat ini pun masih terus ada wanita-wanita yang rela menyakiti dirinya demi tampil cantik.
Nah yang sering saya temui saat ini adalah wanita yang melakukan program diet. yang pada akhirnya menerima penyakit Aneroxia (Takut kegemukan). Lalu mereka melakukan diet ketat yang sebenarnya begitu menyakitkan dan tentunya tidak baik bagi kesehatan contohnya setelah makan harus dipaksa memuntahkan makanannya kembali. Ini artinya mereka malah menyakiti diri mereka sendiri hanya karena berkeinginan menjadi wanita langsing, cantik, seperti apa yang ada di iklan-iklan yang mereka lihat. Harus oprasi plastik, bahkan operasi virginity yang tentunya penuh resiko. Belum lagi bedak yang mahal, baju yang mahal, kawat gigi yang mahal, dan lain sebagainya.
Saya berharap seorang wanita mampu berpikiran jernih dan tidak hanya mengandalkan cita rasa hanya karena berkeinginan untuk menjadi cantik.
Saya akan mencoba menganalogikan dalam sebuah fabel.
Seekor lebah atau kupu-kupu terperangkap dalam botol. Dari luar, ia tampak menari-nari penuh gairah, dari sisi ke sisi. Ia terbang meliuk-liuk, dari dasar ke puncak. Namun, dari dalam sungguh malang. Sebenarnya tak ada tarian gembira. Tak ada liukan bergairah. Yang ada cuma usaha tanpa harapan. Pelan tapi pasti, sang lebah mati perlahan. Tercekik lunglai kehabisan oksigen.
Kita pun kadang tidak sadar akan hal tersebut. Secara lahiriyah kita terlihat indah dan elok oleh orang lain, tanpa masalah, tanpa beban. Misalkan saja, Ada wanita muda anak keluarga pas-pasan mempunyai kulit putih dengan bentuk tubuh dan kulit cap salon, lalu baju dengan bandrol harga yang bisa buat makan keluarga miskin selama satu bulan diperoleh dari kerja keras orang tuanya siang malam. Bukankah hal tersebut tanpa disadari telah menjadi malapetaka bagi kita? Sebuah kepalsuan. Mereka tidak mampu lagi mengekspresikan dirinya secara bebas, terkotak hanya pada bagaimana bisa terlihat cantik menurut selera propaganda dan tentunya menjadi pusat perhatian. Padahal bagi wanita, menjadi pusat perhatian di jaman buas seperti sekarang adalah ketidakamanan. Ditambah lagi dengan fenomena bahwa semua laki-laki itu jahat. Banyak lelaki jahat pun juga karena seorang wanita memang lebih menginginkan kecantikan daripada melatih pikiran. Kenapa begitu, karena seorang perempuan adalah IBU. Bila kita tahu, ternyata menjadi seekor lebah cantik, yang meliuk di dalam botol sebenarnya sama sekali kita tidak mampu bebas untuk terbang. Gelisah, Palsu, dan mati pelan-pelan.
Sebenarnya untuk apa wanita atau bahkan laki-laki ingin terlihat "wah"? Andaikata ada seorang wanita ingin menarik laki-laki agar menyukainya dengan cara berpakaian terbuka. memang banyak yang akan mendekat, karena lelaki sekarang sudah jadi jahat. Tapi bukankah wanita itu tetap akan harus menyeleksi dari sekian banyak laki-laki. seperti bangkai menyeleksi beribu-ribu lalat.
Namun ternyata ada juga wanita yang berpakaian anggun, bertuturkata santun dan bertingkah sopan. Sederhana dalam pikiran, kata dan perbuatan. Kelihatannya memang hanya sedikit laki-laki yang akan mendekat, namun bukankah laki-laki itu sudah terseleksi dan final?
Saya tidak menyimpulkan bahwa karangan ini salah atau benar karna ini adalah kerelatifan. Hanya berangkat dari apa yang saya lihat didampingi literatur-literatur yang pernah saya baca. Intinya saya tidak sewot, itu pilihan. Menjadi siapa seseorang itu, itu adalah PILIHAN.
Terbang bebas seperti kupu-kupu atau lebah nan cantik dan indah, dengan MEMBEBASKAN PIKIRAN dan mengetahui siapa diri kita sebenarnya. Bahwa kita semua adalah "MADE IN ALLAH".
Oleh Amin Bagus Panuntun
Rumah, 30 November 2010


